"Semoga kau bisa bertahan bekerja di sini." Kalimatnya lebih mirip peringatan daripada sambutan untuk kawan kerja baru. Biarlah. Aku harus fokus bekerja.
Aku mulai berkeliling ke meja-meja di balik kubikel itu, menawarkan diri untuk membantu sambil memperkenalkan diri. Inget Jul, Elu harus punya banyak temen di tempat kerja, begitu pesan Emak. Karenanya, meski tak nyaman, aku berusaha untuk berbaur dan selalu memasang senyum terbaik.
"Julianto!" Suara perempuan di ujung membuatku melangkah cepat. Perempuan blazer merah burgundy yang mengantarku wawancara kemarin.
"Iya, Mbak. Apa yang bisa saya bantu?"
Dia menyerahkan tumpukan kertas padaku. "Tolong fotokopiin ini ya, terus bawain ke ruangan saya," katanya.
"Baik, Mbak." Aku hendak melangkah tetapi dia kembali memanggilku.
"Kamu puasa?" tanyanya.
Aku mengangguk sebagai jawaban. "Oh ya udah, itu aja. Makasih, ya!" Dia beranjak menuju ruang kerjanya.
"Sama-sama, Mbak," balasku melihat punggungnya menjauh.
***
Pukul lima lebih lima belas menit. Aku telah menyelesaikan semua pekerjaan dan melengkapi presensi. Aku bergegas meninggalkan tempat bekerja menuju halte tak jauh dari sana. Angkutan umum berwarna biru membawaku bersama beberapa orang penumpang.