Tepat di detik ketiga, ibu jarinya menggeser layar ponsel ke kanan setelah dering nada yang dipasangnya secara khusus untuk nama icon hati di layar terdengar. Penghitung waktu di layar mulai berjalan.
"Sayang ...." Suara lembut di seberang terdengar.
Lelaki itu mengusap wajah dengan kasar, mengatur suaranya agar tak terlalu parau meski dia gagal.
"Ya, Honey? Ada apa? Aku lagi tidur."
"Sayang, aku kebangun dan nggak bisa tidur. Kamu bisa ceritain satu cerita buat pengantar tidur?"
"C'mon, Honey. Aku bukan pengarang. Aku bukan penulis cerita, nilai bahasa Indonesia aku di bawah standar." Dia yang semula masih terbaring dengan cepat menegakkan tubuhnya, lalu bersandar di sisi ranjang.
"Sayang ... Hiks kamu kok tega sih ... Hiks," suara isak mulai terdengar.
Lelaki itu terbatuk-batuk. Dia meraih gelas berisi air putih di meja sisi tempat tidur. Meneguknya hingga tersisa sepertiga bagian.
"Oke, oke. Hm, oke. Aku ceritain cerita random, nggak apa-apa, ya? Tapi kamu janji harus tidur setelah aku cerita."
"Okay, Sayang."
Lelaki itu menekan icon speaker di layar ponselnya. Dia kembali merebahkan diri, meletakkan ponsel di sisi kiri bantal kepala.