"Aku benar-benar penasaran. Apa yang membuatmu kembali?"
"Aku kangen, hanya itu." Kamu mengangkat otot di sekitar bibir dan matamu ketika mengatakan kalimat itu.
"Jadi?" Aku penasaran.
"Aku ingin nonton bioskop sebelum mengantarmu pulang," katamu.
Aku menuang banana smoothies ke dalam gelas, lalu menuntun langkahmu menuju meja bundar. Kita duduk di bangku bulat, berhadapan.
"Aku ke sini demi kamu. Ini terlalu beresiko, tentu saja. Tapi, aku cuma mau ketemu kamu," kamu mengulangi kalimat itu sambil mengaduk banana smoothies dengan sedotan plastik.
"Kita sudah ketemu, Anand," aku memotong kalimatmu cepat. Kamu menatapmu, menarikku dalam pelukan dan meninggalkan jejak bibirmu di kening.
"Oh, God. I miss you so bad," kalimat itu membuat air mataku luruh.
***
"Kami menonton London has Fallen bersama. Setelah itu dia mengantarku pulang. Dia terus menggenggam tanganku selama perjalanan dengan bus. Astaga, aku kehabisan kata-kata," suaraku parau. Berkali-kali aku menyusut air di sudut mata dengan tisu.
"Dia adalah pasien lemah jantung yang punya keinginan kuat. Dia kembali ke sini enam bulan lalu. Kondisinya semakin memburuk tapi dia berusaha untuk membuat kamu bahagia. Dia sangat keras kepala. Dia bahkan menyiapkan rencana pertemuan kalian saat sekarat. Dia ..." Perempuan di sampingku tak meneruskan kalimatnya.