"Kamu bener. Keenan sama Sheila pacaran. Selama ini aku jadi orang ketiga di antara mereka. Hahaha."
Rein merogoh saku celananya, mengeluarkan kotak beledu berwarna merah dari sana.
"Je, nikah sama saya, yuk!" katanya sambil membuka kotak berisi cincin di dalamnya.
"Nikah, nikah. Punya modal nggak kamu? Dasar bocah!"
"Cincin ini modal awal. Meskipun kita masih harus berjuang, tapi saya nggak akan ngebiarin kamu jual ginjal setelah nikah sama saya. Nggak akan," katanya.
"Aku juga nggak mau sampe jual ginjal, Bocah!"
"Bocah ini sudah dua puluh lima tahun, usia yang cukup untuk menikahi gadis dua puluh tujuh tahun yang pertumbuhan badannya berhenti di usia lima belas," Rein memberi tawa di ujung bicaranya.
"Sembarangan! Terus gimana, aku udah dua tujuh, kamu dua lima. Waktu produktif aku nggak lama lagi, Bocah!"
"Kita bisa langsung program anak kembar lima begitu nikah," katanya yang dihadiahi cubitan di lengan oleh Jeha.
"Omongan dijaga, Bocah!"
Rein meraih tangan gadis itu. Pandangan keduanya bertemu. "Saya mau menghapus jejak Keenan dari tangan ini, dan juga hati kamu." Rein mengecup tangan gadis itu dengan lembut.