"Enak, enak banget! Ini mah tiap hari makan juga nggak bakal bosen," Dian mengambil potongan kedua dengan sendoknya.
"Alhamdulillah. Nanti aku buat tiap hari boleh ya, Mas?" Aysa meminta persetujuan suaminya.
"Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat Kamu ..." Zidan menjawab dengan suara dibuat-buat.
Dian hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adik bungsu ibunya itu.
"Cieee, Dian ngiri ya? Makanya buruan nikah sana ... Sebentar lagi wisuda, masak belum dihalalin juga," seloroh Zidan sambil terkekeh.
"Ih Ammi juga, dulu galau terus sebelum nikah sama Ibu Guru cantik. Ngaku aja deh ...!" sahut Dian tak mau kalah.
Aysa yang melihat hal itu turut tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Kelakuan suminya kadang memang membuatnya kesal dan malu.
"Ehm! Emang, gimana sama Gio?" Zidan tiba-tiba mengubah mimik wajahnya menjadi serius.
"Ih apaan sih Ammi, kita 'kan cuma temenan aja," sahut Dian santai.
Perempuan itu kembali memasukkan sesendok cheesecake lumer ke mulutnya.
"Selama ini Ammi kira hubungan kalian lebih dari itu. Kamu yakin nggak mau dilamar sama Gio?" tanya Zidan to the point.