"Apa kata dokter?" Maryam memotong kalimat Rabina. Seketika perempuan bercadar itu meralat ucapannya, "maaf."
"Dokter bilang dia sehat. Hanya saja dokter mengatakan dia mengalami tuli sensorineural."
"Apa masalahnya serius?" Rabina menatap wajah Rabina.
"Aku harap tidak. Tapi dia harus tetap melakukan pengobatan."
"Aku harap dia bisa sembuh." Suara Maryam terdengar sendu.
"Ya. Semoga."
Rabina menyadari harus segera berganti topik pembicaraan. "Aku juga berharap kamu segera bertemu Ais."
"Aamiin," Maryam tersenyum di balik cadarnya. "Terima kasih, Na."
***
Hati Maryam menghangat ketika dia melihat anak-anak Panti Asuhan Harapan Bunda menyantap makan siang bersama. Dia melupakan kenangan buruk tentang Hafiz dan mengobati kerinduannya pada Aisyah meski sesaat.
Usai menyisihkan piring bekas makan dan mengelap mulutnya dengan tisu, Rabina bertepuk tangan tiga kali. Semua pandangan tertuju ke arahnya. "Kita selesai makan siang. Jangan lupa bersyukur kepada Tuhan karena telah memberi kita kenikmatan sampai saat ini. Yuk, kakak-kakak, setelah ini bimbing adik-adiknya untuk tidur siang ya ..."