Kata-kata itu terus terngiang di pikiran Ani. Ia tak pernah menyangka akan mendengar keraguan seperti itu dari ayahnya, sosok yang selama ini begitu pengertian. Di sisi lain, Yudi pun mengalami pergulatan batin. Ia pulang dengan rasa gamang, dan memutuskan untuk berbicara dengan orang tuanya mengenai hubungannya dengan Ani. Beberapa hari kemudian, di rumahnya, Yudi akhirnya menyampaikan niatnya kepada ayah dan ibunya. Namun respon yang ia terima sangat mengejutkan.
"Yudi, kamu anak laki-laki Batak," kata ayahnya dengan nada tegas. "Kamu harus menikah dengan perempuan yang memahami adat kita, yang bisa menjalankan tradisi keluarga kita."
Yudi menunduk, mencoba menahan kekecewaan. "Tapi, Pak, saya mencintai Ani. Dia adalah orang yang bisa membuat saya merasa damai."
"Cinta itu tidak cukup, Ani. Bayangkan bagaimana nanti keluarga besar kita akan memandangmu. Jika kamu menikahi gadis yang tidak memahami adat kita, kamu akan membuat malu keluarga kita," ucap ayahnya tegas. Yudi terdiam, hatinya terbelah. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan cintanya pada Ani, tapi di sisi lain, ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Setelah percakapan itu, ia merasa dunia seakan runtuh.
Hari-hari berlalu dengan penuh pergulatan batin bagi Ani dan Yudi  Mereka bertemu kembali di taman kampus, tempat yang selama ini menjadi saksi cinta mereka.
"Ani," Yudi memulai, menatap dalam mata Ani "Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sudah mencoba bicara dengan keluargaku, tapi... mereka tetap menentang."
Ani tersenyum pahit. "Aku juga, Di. Aku tidak menyangka ini akan jadi begitu rumit. Aku mencintaimu, tapi aku tidak ingin membuat keluargaku terluka."
Yudi  menggenggam tangan Ani erat. "Apa yang harus kita lakukan, Ni Aku tidak ingin kehilanganmu."
"Kadang, cinta saja memang tidak cukup," bisik Ani matanya mulai berkaca-kaca. "Mungkin ini adalah ujian untuk kita, atau mungkin... kita memang tidak ditakdirkan bersama."
Yudi terdiam. Kata-kata Ani menghantamnya keras, menyadarkannya bahwa mungkin inilah akhirnya. Mereka saling mencintai, namun restu keluarga adalah hal yang tak bisa mereka abaikan.
Dengan berat hati, mereka akhirnya sepakat untuk berpisah. Keduanya tahu bahwa memaksakan hubungan ini hanya akan menambah luka di hati mereka dan keluarga masing-masing. Mereka memilih untuk mengorbankan cinta demi kebahagiaan dan kehormatan keluarga. Di hari terakhir mereka bertemu, Ani memeluk Ardi erat-erat, mencoba mengukir kenangan terakhir bersama orang yang ia cintai. "Mungkin kita memang tidak ditakdirkan bersama, Di. Tapi aku tidak akan pernah menyesal telah mencintaimu."