Ia juga mulai memikirkan dadanya yang ditindih Joko akibat berantem dengan Gino. Ada perasaan berbeda, ada rasa malu.
Semenjak kejadian itu, ia juga mulai memikirkan Joko. Perasaan yang tadinya tidak pernah ia rasakan. Ia malu untuk menceritakan kepada siapapun. Jangankan cerita, bahkan jika ada yang tahu ia mencuri pandang Joko saja, ia malu. Demikian pula dengan Joko.Â
Masa Remaja, masa merasakan jatuh cinta, masa merasakan perbedaan pada tubuhnya, bahkan masa mengingat betul detail fisik orang yang disukai. Menjadi begitu rumit ketika ia tidak menyadari bahwa semua orang pernah merasakannya dan itu suatu yang wajar.Â
Pada akhirnya masa remaja menjadi masa-masa menutup diri bagi mereka. Mereka takut menceritakan pada orangtuanya, karena orangtua terlalu memandang tabu masalah percintaan anak remaja.Â
Bahkan malah memarahi anaknya jika tidak konsentrasi dalam belajar karena suatu faktor. Dan terus menuntut anaknya hanya untuk berprestasi, hanya untuk tidak mempermalukan orangtuanya.
Kehadiran guru baru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, bagi Wulan adalah angin segar di kelas mereka. Berbeda dengan guru-guru Wulan yang lain, yang hanya memindahkan hafalan yang ada di dalam buku ke dalam otak siswa-siswanya, Bu Narti, guru baru itu, menjelaskan dengan begitu jelas dan detail tentang yang dialami remaja, menstruasi.
Yang ada di benak Joko saat itu adalah ia ingin bertanya pada Bu Narti, "Mengapa dirinya sekarang berubah, terutama ketika berada di dekat Wulan?" Tetapi ia malu untuk bertanya.
Penjelasan lain tentang pendidikan seks juga dijelaskan ketika Adi dan Roni terkena penyakit gonore dan sifilis karena melakukan seks bebas. Â P*n*s Adi bengkak dan ada nanahnya.
"Kamu pernah melakukannya Wulan?" tanya Bu Narti.