Orangtua Wulan yang berniat memeriksakan Wulan ke dokter kehamilan pun tidak jadi karena Kayla (sepupu Wulan yang juga hamil di luar nikah) keguguran. Dan bagi ayahnya, problem Kayla yang keguguran itu lebih penting daripada memeriksakan Wulan ke dokter kandungan.Â
Bagi saya ini tidak masuk akal. Bagi penulis skenario, dalam adegan di rumah sakit ini, yang paling penting adalah Wulan yang cemburu melihat Joko dan Santi di rumah sakit.
Sinetron ini hanya ingin menceritakan tentang kisah cinta Wulan dan Joko yang dihadang berbagai masalah, namun mereka tetap berusaha memperjuangkan cinta mereka. Bukan tentang pendidikan seks, bukan tentang pemahaman bagaimana menangani seorang anak yang terlanjur hamil di luar nikah.
Hal ini kemudian mengingatkan saya dengan film "Dua Garis Biru". Meskipun film "Dua Garis Biru" sempat memunculkan petisi agar diboikot, tapi nyatanya film ini berhasil memberikan edukasi terkait penanganan siswa yang mengalami kondisi hamil di luar nikah.Â
Juga memberikan kesadaran kepada penonton tentang orangtua yang merasa gagal dalam mendidik anak ketika tahu anaknya hamil di luar nikah.Â
Memberikan pemahaman juga terkait adanya ketidakadilan dimana anak perempuanlah yang dirugikan. Ketika perempuan hamil maka ia dikeluarkan dari sekolah, sedangkan laki-laki masih diperbolehkan lanjut sekolah.
Pendidikan Seks pada Novel Mira W "Dari Jendela SMP"
Penasaran dengan novel aslinya, saya pun mendownload novel Mira W "Dari Jendela SMP" dan menghabiskan novel berjumlah 353 halaman itu dalam semalam.
Dimana Wulan yang kelas 3 SMP itu benar-benar merasakan tubuhnya yang mulai berbeda, p*y*d*r* yang mulai berubah. Bahkan ia mulai malu jika kakak dan adik laki-lakinya tiba-tiba masuk ke kamarnya, tidur di kasurnya, mencandainya dengan mengajak berguling-guling di kasur hanya untuk merebut hpnya.