Pernah ada tetangga yang terang-terangan mengatakan "Saya tadi habis ngambil sabun di warung E." Tentu saja tetangga saya yang dilapori itu melapor ke ibu, dan ibu hanya mengatakan kepada saya, "Pokoknya kalau si P ke sini kamu perhatikan. Dia itu maling." Tidak menutup kemungkinan laporan si P kepada tetangga itu malah melahirkan maling-maling baru di desa saya.
Selain karena pola berfikir masyarakat yang ingin dianggap miskin di desa saya, juga karena minimnya upaya penyelesaian konflik. "Kalau sudah hilang ya mau diapain lagi." Begitulah kata-kata pasrah dari korban pencurian di desa saya. Padahal menurut saya kasus pencurian ini seharusnya bisa diatasi secara tuntas tanpa menunda-nunda.
Toh, yang mencuri juga warganya sendiri, dan sudah ada beberapa nama yang dianggap tukang maling. Seharusnya sebagai RT yang memiliki tugas merukunkan antar tetangga, Pak RT harus bisa menyelesaikan konflik yang dialami tetangganya. Memproses setiap permasalahan yang terjadi.Â
Menurut saya kasus pencurian di desa saya adalah hal sederhana yang bisa diselesaikan secara baik-baik dengan musyawarah. Tetapi jika tidak segera diselesaikan malah terjadi pencurian-pencurian lagi, bahkan bisa melahirkan maling-maling baru.
Selain agar kasus terselesaikan, proses musyawarah juga untuk mengedukasi warga dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik masyarakat.Â
Jika warga berhasil menyelesaikan konflik dalam masyarakat, maka konflik berumah tangga tidak menutup kemungkinan bisa teratasi. Meminimalisir terjadinya konflik dalam rumah yang berlarut-larut dan berulang-ulang. Mengedukasi masyarakat untuk tidak menjadikan setiap permasalahan sebagai buah bibir, tetapi mengkomunikasikannya untuk mencari jalan keluar.
Sebelum memilih pemimpin RT, mungkin sebaiknya perlu ada edukasi kepada warga untuk memilih pemimpin yang memiliki kompetensi dalam penyelesaian konflik.Â
Dengan begitu ketika pergantian pemimpin RT, warga pun berpengalaman dalam menyelesaikan konflik. Konflik tidak turun temurun terjadi dan tidak berlarut-larut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H