Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Kemiskinan dan Minimnya Upaya Penyelesaian Konflik

13 Maret 2020   22:24 Diperbarui: 16 Juli 2020   11:17 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berbicara tentang kemiskinan banyak problem yang berserakan dan saling berkaitan dengan problem-problem lainnya. Misal kemiskinan berkaitan dengan aksi pencurian, seperti yang terjadi di desa saya. 

Konflik ini berulang kali terjadi namun tidak pernah diusut tuntas. Jangankan diusut tuntas, warga memilih saling tuduh, saling membicarakan di belakang, dan lebih parahnya lagi mensyukuri orang yang kecurian.

Beberapa kasus akan saya ceritakan. Seperti biasa, pagi itu ibu saya membeli sayur keliling. Dan seperti biasa pula, kembali ke rumah pasti membawa berita hangat.

Pak T kehilangan jagungnya satu hektar lebih di kebunnya yang terletak tepat di depan rumah Ibu S. Para tetangga yang membeli sayur tadi pun langsung menuduh pasti yang ngambil Ibu S dan suaminya. 

Selain karena kebunnya berada di depan rumah Ibu S, juga karena Ibu S dianggap miskin, punya hutang banyak di warung, dan tidak punya pekerjaan tetap. 

Bahkan nenek saya menuduh Ibu S dan suaminya pasti iri karena para tetangga yang punya ladang sibuk panen jagung, sedangkan ladang Ibu S dan suaminya telah di jual untuk membayar hutang.

Siangnya ketika ibu mau ke pasar, melihat keluarga tersebut menjemur jagung di kepang (tikar anyaman bambu). Ibu pun bertanya "kok punya jagung?" Ibu S mengatakan bahwa ia mendapat jagung dari anaknya yang tinggal dibeda desa dengan kami. Sepulang dari pasar ibu mengatakan hal itu kepada Pak T. Semakin curigalah Pak T lalu menemui keluarga Ibu S. 

Ibu S mengaku tak tahu apa-apa tentang jagung Pak T. Karena menganggap percuma saja akhirnya Pak T pulang, mengikhlaskan jagungnya hilang. Meski ikhlas tapi nyatanya setiap ia bertemu dengan tetangga yang lain, ia menceritakan tentang jagungnya yang hilang.

Pak T pun juga tak berniat melaporkannya pada Pak RT, percuma, Pak RT tidak akan bertindak apa-apa, seperti yang sudah-sudah.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya kasus pencurian di desa saya. Satu tahun yang lalu budhe saya kehilangan Hp. Ceritanya begini. Belum lama suami budhe saya meninggal. Anaknya budhe saya tinggal di Jakarta bersama suaminya. Budhe saya pun pindah ke rumah almarhum ayahnya yang rumahnya tepat di sebelah barat rumah saya.

Kadang budhe saya masih ke rumahnya yang lama untuk menyalakan dan mematikan lampu. Pagi itu budhe saya mematikan lampu ke rumahnya yang lama, dan membawa Hp. Ia tidak hanya mematikan lampu, tetapi juga main ke tempat tetangga sebelahnya. Saat kembali, dia baru ingat Hpnya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun