Hari ini saya melihat film dokumenter berjudul "Atas Nama Percaya". Film berdurasi 36 menit ini adalah film pertama dari seri "Indonesian Pluralitas", kolaborasi antara Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, WatchdoC Documentary, dan Pardee School of Globe Studies, Boston University; dengan dukungan dari the Henry Luce Foundation.Â
Tujuan dari film ini adalah untuk memberikan edukasi dan memperkaya wawasan keilmuan terutama tentang budaya, serta untuk membuka forum diskusi yang lebih luas. Film ini telah diputar di beberapa komunitas, institusi, lembaga, dan sekolah-sekolah.
Film "Atas Nama Percaya" menceritakan perjalanan panjang kelompok penghayat kepercayaan atau penganut agama leluhur untuk bertahan dan mendapat pengakuan dari negara dan penerimaan dari masyarakat.Â
Film ini fokus pada dua komunitas: agama leluhur Marapu dari Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur dan aliran kebatinan perjalanan di Jawa Barat.
Agama Leluhur Marapu, Sumba, NTT dan Aliran Kebatinan Perjalanan di Jawa Barat
Salah satu kebiasaan yang dilakukan warga Marapu adalah berkumpul untuk memecahkan masalah. Seperti contoh ketika ada tamu yang ingin melakukan pengambilan gambar di area Uma Kalada, mereka melakukan ritual potong ayam dengan tujuan mendapatkan petunjuk Marapu terkait permohonan ijin pengambilan gambar di area Uma Kalada atau rumah besar yang keramat.Â
Lewat usus ayam yang disembelih, kehendak Marapu dibaca dan dipahami. Petunjuk Marapu disampaikan oleh rato (ketua suku) bahwa kamera tidak boleh masuk di area Uma Kalada, hanya gambar dari kejauhan yang boleh diambil.
Kebatinan memiliki kepercayaan inti tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dan menekankan kehidupan manusia sebagai perjalanan menuju Tuhan. Ritual mereka adalah praktik keseharian yang dilandasi dengan kesadaran pada perjalanan menuju Tuhan.
Sejarah Kelam Aliran Kebatinan Perjalanan