Bagi Laisa, melihat adik-adiknya menikah, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira.
"Apa kakak tidak kesepian?" tanya Dalimunte.
"Apa kamu akan membiarkan kakak kesepian Dali? Bagaimana kakak akan kesepian jika kakak memiliki kamu, memiliki mamak, memiliki Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Bagaimana kakak akan kesepian jika rumah ini pada akhirnya ditambahi orang baru, istri kamu, anak-anak kamu." Itulah yang dikatakan kak Laisa untuk mendorong Dalimunte menikah mendahuluinya. Sungguh ikhlas yang luar biasa. Tidak ada ketakutan meski orang-orang menyebutnya perawan tua.
Laisa pernah hampir menjadi istri kedua dari teman Dali, Dharma (Rizky Hanggono), karena istri pertamanya tidak bisa punya anak. Tadinya Laisa tidak tahu bahwa ia akan dijadikan istri kedua, tetapi setelah tahu  bahwa ia akan dijadikan istri kedua, ia mengatakan, "perempuan mana yang mau dijadikan istri kedua? jelas istri mas Dharma menginginkan pernikahan ini, karena dia tahu aku di bawah dari dirinya.Â
Tentu dia tahu mas Dharma tidak akan meninggalkan dirinya, karena dia tahu mas Dharma sangat menyayangi dia. Tapi jika pernikahan ini hanya agar mendapat momongan, mas Dharma tentu mudah meninggalkan saya setelah mendapatkan momongan."
Meski Laisa mengucapkan kata-kata tersebut, tetapi ia tetap mau melangsungkan pernikahan tersebut demi Dharma mendapatkan momongan. Malangnya, kabar menggembirakan untuk Dharma datang tepat ketika ijab qabul akan dilaksanakan. Istri Dharma hamil dan ia membatalkan pernikahan itu.
"Tak bisakah pernikahan ini tetap dilangsungkan, demi menjaga nama baik kami, apa kata orang di luar sana jika pernikahan ini dibatalkan, mas Dharma?" Tanya Dali. Tapi jawaban mas Dharma tetap tidak bisa. Ia begitu mencintai istrinya, dan tidak mencintai Laisa.
Maka inilah yang dikatakan Laisa,
 Buat apa kau memikirkan apa yang dipikirkan orang lain? buat apa kau mencemaskan apa yang akan dinilai orang lain? Apakah kakak menginginkan pernikahan? Ya, tentu saja. Semua orang ingin menikah. Tetapi, buat apa pernikahan itu dilaksanakan jika pada akhirnya mengganggu kebahagiaan orang lain.Â
Demikianlah ucapan Laisa yang menggetarkan mereka yang berada di tempat itu.
***
Itulah empat pelajaran berharga yang bisa diambil dari tokoh Laisa, seorang perempuan, seorang kakak, seorang yang sangat mencintai adik-adiknya dan mamak, seorang yang menyimpan seluruh pengorbanan dan cintanya hingga detik terakhir kehidupannya. Seorang yang membutuhkan adik-adiknya yang pertama dan terakhir kali untuk disampingnya dalam menjemput ajalnya.