Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pelajaran dari Tokoh Laisa dalam Film "Bidadari-bidadari Surga"

1 Februari 2020   23:42 Diperbarui: 1 Februari 2020   23:44 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulanglah, anak-anakku! untuk pertama dan sekaligus untuk terakhir kalinya, kakak kalian membutuhkan kalian.

Demikianlah sms mamak kepada keempat anaknya, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta. Kalimat "untuk pertama dan sekaligus untuk terakhir kalinya, kakak kalian membutuhkan kalian" itulah yang membuat saya tertarik untuk membahas Film Bidadari-Bidadari Surga. 

Meski ini hanya cerita fiksi dari sebuah novel Tere Liye, namun saya terkesima dengan ucapan seorang ibu kepada anak-anaknya, dimana iya menegaskan bahwa anak sulungnya tidak pernah membutuhkan siapapun termasuk keluarganya, kecuali hari itu, hari detik-detik terakhirnya, hari menjelang kematiannya.

Film ini dirilis pada tahun 2012, dan disinetronkan kembali di SCTV pada 7 Oktober 2013-29 Desember 2013 dengan perbedaan tokoh pemain. Novel dari film ini yang sebelumnya berjudul "Bidadari-Bidadari Surga" pun telah dicetak ulang dengan judul berbeda yaitu "Dia adalah Kakakku". Saya pribadi lebih tertarik untuk membicarakan filmnya dibanding sinetronnya. 

Film Bidadari-Bidadari Surga disutradarai oleh Sony Gaokasak dengan pemain Nirina Zubir sebagai Laisa, Nino Fernandez sebagai  Dalimunte, Henidar Amroe sebagai mamak Lainuri, Frans Nicholas sebagai Wibisana, Adam Zidni sebagai Ikanuri, dan Nadine Chandrawinata sebagai Yashinta.

Laisa, dia jauh dari kata cantik, fisiknya digambarkan berkulit hitam, berambut kriting, berbadan agak gemuk, dan pendek. Berbeda dengan keempat adiknya yang tampan dan cantik. Laisa bukanlah anak kandung mamak Lainuri. 

Di dalam novelnya diceritakan, mamak Lainuri menikah dengan seorang lelaki yang membawa bayi (duda), setelah menikah ia meninggalkan bayi itu (Laisa) dan mamak Lainuri. Lalu mamak Lainuri menikah lagi, dan melahirkan empat orang anak yang tampan dan cantik. Inilah yang menyebabkan Laisa berbeda secara fisik dari adik-adiknya. 

Meski demikian, Laisa berhasil menumbuhkan cinta dan penerimaan yang tulus dari adik-adiknya, dari mamak, dan dari masyarakat Lembah Lahambay -tempat mereka tinggal-, kepada dirinya.

Nirina Zubir menjadi Laisa di film Bidadari-Bidadari Surga/sumber:https://encrypted-tbn0.gstatic.com/
Nirina Zubir menjadi Laisa di film Bidadari-Bidadari Surga/sumber:https://encrypted-tbn0.gstatic.com/
Laisa, ia mengajarkan kepada kita tentang keikhlasan menjalani kehidupan, tentang rasa syukur yang tiada henti kepada RabbNya apapun yang terjadi, tentang jiwa dan raga yang ia korbankan untuk adik-adiknya dan mamak, dan tentang cintanya yang tulus namun tak pernah mengharapkan balasan. 

Kehidupan dan sosok seorang Laisa, digambarkan Tere Liye melalui epilog dalam bukunya, 

berbahagialah kepada wanita yang usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah, mungkin karena keterbatasan fisik, seperti sosok Laisa, sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk menikah, atau sehingga tidak terpilih di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah. Yakinlah, wanita-wanita salehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur, kelak di akhirat sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga.

Andai sosok Laisa adalah tokoh nyata di dunia ini, pastilah dia sosok yang benar-benar akan masuk surga. Lalu, pelajaran apakah yang bisa diambil dari sosok Laisa untuk kita?

1) Memberikan janji kehidupan yang lebih baik untuk adik-adiknya

gresik.co
gresik.co

"Kau anak lelaki Dalimunte. Anak lelaki harus sekolah. Akan jadi apa kau jika tidak sekolah? Pencari kumbang di hutan seperti orang lain di kampung? Penyadap damar? Kau mau menghabiskan seluruh masa depanmu di kampung ini? Setiap tahun berladang dan berharap hujan turun teratur? Setiap tahun berladang hanya untuk cukup makan! Kau mau setiap tahun hanya makan ubi gadung setiap kali hama belalang menyerang ladang? Hah, mau jadi apa kau, Dalimunte?"

Itulah marah Kak Laisa saat tau adik-adiknya bolos sekolah. Laisa, ia memang tak memiliki banyak uang untuk membantu mamak menyekolahkan adik-adiknya, tetapi ia mampu mendorong adik-adiknya untuk terus bersekolah agar mereka memiliki masa depan yang lebih baik. Janji yang diberikan Kak Laisa adalah memberikan kehidupan di masa depan yang lebih baik untuk mereka, untuk mamak, dan untuk adik-adiknya. 

Janji masa depan itu bisa diraih melalui pendidikan. 

Maka Laisa tidak akan membiarkan adiknya bolos sekolah, apalagi putus sekolah hanya karena keuangan. Melalui kebun strawberry yang ia tanam di kebun mereka, maka adik-adiknya terbantulah untuk menjadi orang-orang yang berpendidikan.

Janji masa depan itu terwujud. Adiknya, Dalimunte, menjadi professor fisika, namanya terdaftar dalam 100 peneliti fisika paling berbakat di dunia.

Dalimunte dan mamak/channelsatu.com
Dalimunte dan mamak/channelsatu.com
Ikanuri dan Wibisana, dua adiknya yang seperti kembar, hanya berbeda satu tahun, dan selalu berdua itu kini memiliki bengkel mobil, dan sedang berusaha memenangkan tender mobil balap tersohor produksi Italia di Roma.

Ikanuri dan Wibisana saat masih kecil terjebak di hutan/ www.indonesiafilmcenter.com
Ikanuri dan Wibisana saat masih kecil terjebak di hutan/ www.indonesiafilmcenter.com
Adik bungsunya yang ketika kecil sering ia ajak melihat berang-berang, Yashinta, kini menjadi seorang peneliti dari lembaga penelitian dan konservasi nasional Bogor dan koresponden foto National Geographic.

www.indonesiafilmcenter.com
www.indonesiafilmcenter.com
2) Mengorbankan jiwa dan raganya untuk adik-adiknya

Selain memberi semangat untuk adik-adiknya agar tidak berhenti sekolah, ia juga selalu ada untuk mereka. Ketika Dalimunte dikhawatirkan gagal tentang percobaannya membuat kincir air untuk membantu mengairi pertanian di Lembah Lahambay, maka Laisalah yang mempercayakan masyarakat agar kita mencoba dulu.

Hasil itu terakhir, yang penting telah mencoba.

masyarakat sedang mencoba kincir angin buatan Dalimunte/ sumber: YouTube StarvisionPlus
masyarakat sedang mencoba kincir angin buatan Dalimunte/ sumber: YouTube StarvisionPlus
Laisa juga menolong Ikanuri dan Wibisana yang hendak diterkam serigala ketika terjebak di hutan.

anaktertua.wordpress.com
anaktertua.wordpress.com
Ia juga mengorbankan raganya ditengah hujan lebat, hingga terjatuh di jembatan, demi mencarikan dokter untuk Yashinta yang sedang sakit kejang-kejang.

Yashinta kecil dan Laisa. Sumber: archive.tabloidbintang.com
Yashinta kecil dan Laisa. Sumber: archive.tabloidbintang.com
3) Tidak Marah Meski Dihina Jelek

"Kau bukan kakak kami! Kenapa pula kami harus nurut! Lihat. Kulit kau hitam. Tidak seperti kami, yang putih, rambut kau gimbal, tidak seperti kami yang lurus. Kau tidak seperti kami, tidak seperti Dalimunte dan Yashinta. Kau bukan kakak kami. Kau pendek! Pendek! Pendek!" Marah Ikanuri ketika ia dan Wibisana ketahuan mencuri mangga tetangga oleh kak Laisa, dan kak Laisa memarahi mereka.

Setelah ucapan Ikanuri yang menggetarkan batinnya itu, Laisa berhenti memarahi mereka, ia hanya mampu menangis, sedang dua adiknya berlari ke hutan hendak melarikan diri, takut jika dimarahi mamak. Sampai akhirnya mereka tersesat di hutan dan bertemu harimau. Masyarakat mencari mereka, termasuk Laisa dan Dalimunte. 

Hingga pada akhirnya, Laisalah yang menolong mereka dari terkaman harimau. Ikanuri dan Wibisana menyesali ucapan mereka tadi siang. Laisa tidak marah kepada mereka berdua, sungguh ia sangat menyayangi adik-adiknya meski mereka bandel, dan telah menghinanya.

Adegan mengharukan Laisa dan adik-adiknya. Sumber: KapanLagi.com
Adegan mengharukan Laisa dan adik-adiknya. Sumber: KapanLagi.com
 4) Mengikhlaskan adik-adiknya untuk mendahuluinya menikah

KapanLagi.com
KapanLagi.com

Demi Laisa, Dalimunte tidak ingin menikah mendahului kakaknya, meski Cie Hui, pacarnya telah sekian lama menunggunya. Hingga akhirnya Cie Hui tidak bisa untuk menunggu lebih lama lagi. Usianya sudah 26 tahun dan Dalimunte telah 27 tahun. Maka Laisalah yang membujuk Dalimunte agar mau menikah terlebih dahulu. 

Demikian ketika Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta telah menemukan jodohnya masing-masing dan siap untuk menikah, mereka ingin menunggu kakaknya menikah terlebih dahulu, tetapi lagi-lagi Laisalah yang turun tangan membujuk mereka agar mereka menikah terlebih dahulu.

Bagi Laisa, melihat adik-adiknya menikah, adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira.

"Apa kakak tidak kesepian?" tanya Dalimunte.

"Apa kamu akan membiarkan kakak kesepian Dali? Bagaimana kakak akan kesepian jika kakak memiliki kamu, memiliki mamak, memiliki Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Bagaimana kakak akan kesepian jika rumah ini pada akhirnya ditambahi orang baru, istri kamu, anak-anak kamu." Itulah yang dikatakan kak Laisa untuk mendorong Dalimunte menikah mendahuluinya. Sungguh ikhlas yang luar biasa. Tidak ada ketakutan meski orang-orang menyebutnya perawan tua.

Laisa pernah hampir menjadi istri kedua dari teman Dali, Dharma (Rizky Hanggono), karena istri pertamanya tidak bisa punya anak. Tadinya Laisa tidak tahu bahwa ia akan dijadikan istri kedua, tetapi setelah tahu  bahwa ia akan dijadikan istri kedua, ia mengatakan, "perempuan mana yang mau dijadikan istri kedua? jelas istri mas Dharma menginginkan pernikahan ini, karena dia tahu aku di bawah dari dirinya. 

Tentu dia tahu mas Dharma tidak akan meninggalkan dirinya, karena dia tahu mas Dharma sangat menyayangi dia. Tapi jika pernikahan ini hanya agar mendapat momongan, mas Dharma tentu mudah meninggalkan saya setelah mendapatkan momongan."

Meski Laisa mengucapkan kata-kata tersebut, tetapi ia tetap mau melangsungkan pernikahan tersebut demi Dharma mendapatkan momongan. Malangnya, kabar menggembirakan untuk Dharma datang tepat ketika ijab qabul akan dilaksanakan. Istri Dharma hamil dan ia membatalkan pernikahan itu.

"Tak bisakah pernikahan ini tetap dilangsungkan, demi menjaga nama baik kami, apa kata orang di luar sana jika pernikahan ini dibatalkan, mas Dharma?" Tanya Dali. Tapi jawaban mas Dharma tetap tidak bisa. Ia begitu mencintai istrinya, dan tidak mencintai Laisa.

Maka inilah yang dikatakan Laisa,

 Buat apa kau memikirkan apa yang dipikirkan orang lain? buat apa kau mencemaskan apa yang akan dinilai orang lain? Apakah kakak menginginkan pernikahan? Ya, tentu saja. Semua orang ingin menikah. Tetapi, buat apa pernikahan itu dilaksanakan jika pada akhirnya mengganggu kebahagiaan orang lain. 

Demikianlah ucapan Laisa yang menggetarkan mereka yang berada di tempat itu.

***

Itulah empat pelajaran berharga yang bisa diambil dari tokoh Laisa, seorang perempuan, seorang kakak, seorang yang sangat mencintai adik-adiknya dan mamak, seorang yang menyimpan seluruh pengorbanan dan cintanya hingga detik terakhir kehidupannya. Seorang yang membutuhkan adik-adiknya yang pertama dan terakhir kali untuk disampingnya dalam menjemput ajalnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun