Seorang teman mengatakan kepada saya, "kalau kamu jadi guru, pasti tidak bisa galak." Ya, saya akui saya memang tidak bisa galak kepada siapapun.
Teman dekatku yang lain pun pernah curhat bahwa ia dimarahi kepala sekolah karena tidak bisa galak pada siswa.Â
Gara-gara dimarahi itu teman dekatku yang memang orangnya pemalu sempat khawatir jika selama ini dia tidak bisa menjadi guru tegas. Tapi saya tahu bahwa teman saya ini pandai mengambil hati anak kecil, karena dia suka sekali dengan anak kecil.
Apakah menjadi guru itu harus galak?
Menjadi guru galak memang lebih mudah dikenal, bukan hanya oleh siswa, tetapi juga oleh orangtua siswa. Tapi tentu saja, seorang guru bersikap galak bukan agar menjadi terkenal, tapi demi kebaikan siswa itu sendiri.Â
Terkait guru galak, saya memiliki pengalaman yang masih melekat di benak saya.
Ketika saya kelas 4 SD, kepala sekolah saya merangkap mengajar matematika. Kakak sepupu saya yang duduk di kelas 6 pernah dimarahi beliau gara-gara tidak hafal perkalian.Â
Lalu dia disuruh bertanya ke anak-anak kelas 4 SD, 7x8 itu berapa. Sontak kami sekelas tertawa karena dia yang kelas 6 disuruh tanya kelas 4.Â
Sesampai di rumah, ternyata kakak sepupu saya ini menangis karena dipermalukan Pak Kepsek di depan adik-adik kelas.Â
Ia merasa menjadi siswa yang paling bodoh. Apalagi Pak Kepsek hobi sekali mengangkat kursi ke atas meja kalau ada anak yang tidak hafal perkalian. Selain merasa bodoh, ia juga merasa telah membuat gurunya marah besar.
Label Pak Kepsek sebagai guru galak itu pun diketahui oleh para orangtua, termasuk ayah saya. Karena tidak mau menanggung malu juga, setiap pulang sekolah ayah menyuruh saya belajar matematika agar tidak kena marah Pak Kepsek.Â