Penggambaran film yang introvert dan diwarnai latar kegelapan ini terkadang juga ada hal-hal lucu yang penuh makna. Seperti percakapan Tukul dan Martin (orang Batak yang tinggal di Pontianak dengan istrinya),Â
"Mengapa engkau sampai ke Pontianak?" tanya Paul alias Tukul.
"Ketika aku jadi buronan polisi aku datang ke sini." Kata Martin.
"Berarti kau sembunyi juga." Tanya Paul.
"Tidak, aku tidak sembunyi. Tapi aku lari." kata Martin.
"Apa bedanya?" tanya Paul.
"Jika kau sembunyi, kau tak kelihatan, tapi jika kau lari, kau masih kelihatan." Jawab Martin.
Keduanya tertawa.
Ketakutan itu digambarkan Tukul melalui puisi, ketika Martin bertanya, "Paul, mimpi apa kau semalam?" Paul hanya diam. Lalu Martin bertanya pada istrinya, "Ida, mimpi apa kau semalam?" Jawab Ida, "Aku mimpi membunuh."
Aku keluar lewat pintu belakang. Tapi saat pintu ku buka, di belakang rumah itu ternyata ada ratusan tentara. Lengkap berpakaian seragam dan senjata. Belum sempat aku menghilangkan rasa terkejutku, salah seorang diantara mereka mendorongku dengan senapan ditangannya. Aku terjatuh dan mereka memukuli aku beramai-ramai. Mereka menginjak-injak aku.
Adegan setelah puisi itu dibacakan adalah Thomas dan Martin yang sedang bermain bulu tangkis di ruang tertutup dengan suara bergemuruh seperti suara serdadu bersenjata.