Maka saat aku menelpon rumah mengabarkan bahwa aku akan operasi gigi, ayah malah marah-marah, bahkan kata ibu, ayah bilang aku sok tau, sudah besar, tidak mau diatur.Â
Ending dari kisahku ini adalah ibuku ke rumah sakit dan operasiku berjalan lancar. Setelah hari itu, ayah tidak minta maaf kepadaku, bahkan sekalipun tidak tanya apa-apa.Â
Padahal jelas-jelas dokter bilang jika gigiku tidak dicabut, saraf mata, dan otakku bisa kena. Dan saraf pundakku sebenarnya sudah kena. Tapi, sudahlah, memang begitu ayah. Gengsi untuk minta maaf.
Kakakku bilang, setelah orang tua marah-marah biasanya mereka menyesal karena telah memarahi anaknya. Ya, sudah pasti, pada intinya sebenarnya orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya tetapi caranya yang keliru.
Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk belajar sepanjang hayat. Belajar memahami anak, belajar membiarkan anak mandiri, tidak terlalu menuntut anak, biarkan anak menemukan jati dirinya, dan merasakan kebahagiaan.
Siapapun, baik orang tua maupun anak, pahamilah cuplikan kata-kata ini, yang saya dapat dari grup whatsapp,
Hidup ini begitu banyak kejutan. Dimana tidak pasti semuanya berjalan sesuai seperti apa yang kita inginkan. Ini adalah fakta yang harus dipahami oleh semua orang. Kalau kita selalu bersyukur dan sabar, semua masalah yang kita hadapi akan terasa ringan. Sifat positif ini akan membuat keberanian kita meningkat drastis. Semakin kita bersyukur, semakin positif pandangan kita terhadap setiap masalah di dalam kehidupan. Karena di balik setiap masalah, ada pelajaran berharga yang kita dapatkan.
Tanpa mengurangi rasa hormat sebagai seorang anak kepada ayahnya, di hari ayah nasional yang jatuh pada 12 November, saya sisipkan sajak dari why.setyobudi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H