Setelah melalui perundingan antara pendiri dan para pengelola, supaya Paheman Radya Pustaka lebih berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas, maka lokasi yang semula berada di lingkungan kepatihan selama 23 tahun dipindah dan menempati gedung sendiri. Yaitu gedung Loji Kadipolo (museum Radya Pustaka sekarang) jalan Purwosari (Jl. Slamet Riyadi sekarang) sebelah timur taman Sriwedari.Â
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 22 Suro Alip 1843 atau Rabu Kliwon 1 Januari 1913 (R. Harmanto, 2000:603) dalam bukunya Bauwarna Adat Tata Cara Jawa.
Loji Kadipolo waktu itu merupakan rumah kediaman warga Belanda yang bernama Johannes Busselaar yang kemudian dibeli oleh Sunan Paku Buwono X yang dikenal dengan sebutan  Sunan Sugih dengan perantara Mayor RMT Wirjodiningrat melalui seorang Belanda bernama Donald Soesman dan tercantum dalam akte notaris.
 Hal tersebut sebagai bentuk dukungan Sunan Paku Buwono X terhadap hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dari perpindahan lokasi itu pula Paheman Radya Pustaka berubah status menjadi museum Radya Pustaka.
Dukungan Kasunanan Surakarta
Meski telah menempati gedung baru dan keberadaan museum Radya Pustaka semakin kokoh, pihak Kasunanan Surakarta tetap memberikan bantuan maupun suport dengan menyediakan tenaga ahli dalam pengelolaan. Yaitu RM Suwito (R. Ng. Ronggowarsito) dan Ki Padmosusastro (R. Ng. Wiropustaka).
Semakin hari museum Radya Pustaka semakin moncer. Pengelolaan, peminat dan kegiatannya semakin banyak. Sehingga melahirkan beberapa prestasi diantara adalah :
- Dalam bidang sastra dan Bahasa Jawa. Berhasil diresmikannya "Ejaan Sriwedari" yaitu penyatuan cara menulis Jawa. Hal tersebut hasil dari musyawarah antara Pemerintah Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, Pakualaman Yogyakarta dan Departemen Pengajaran Belanda tanggal 9 Desember 1922.
- Dalam bidang bahasa. Menerbitkan majalah bulanan berbahasa Jawa Niti Basa. Terbit tanggal 15 November 1941 oleh Badan Paniti Basa yang diketuai oleah KGPH Kusumoyudo.
- Dalam bidang kesenian. Menyelenggarakan kursus pedalangan (1924-1942 dibawah asuhan R.Ng Lebdocarito dan kursus karawitan (1924-1942) diasuh oleh R. Ng. Wirowiyaga (digilib perpustakaan. Sejarah Perkembangan Museum Radya Pustaka).
Periodesasi Kepemimpinan Radya Pustaka dan Tanda PenghargaanÂ
Mulai awal berdiri sampai saat ini museum Radya Pustaka sudah mengalami banyak pergantian kepemimpinan. Antara lain:
- RTH. Â Djojodiningrat (1899-1905)
- RT. Djojonagoro (1905-1926)
- RT. Wurjoningrat (1914 -1914)
- GPH Hadiwidjojo (1930- 1975)
- KRT Hardjonagoro atau Go Tik Swan (1975 - 1990)
- KRT Darmodipuro atau Mbah Hadi (1990 -2008)
- Komite Museum Radya Pustaka (2008-2016) -- Bp. Kalinggo, Bapak Sanjaya, Bapak Purnama Subaryo
- Pemkot Surakarta (2017 -- sekarang)
Sebagai tanda penghargaan terhadap pihak yang sudah berjasa mulai berdiri dan berkembangnya museum Radya Pustaka maka dibuatlah kenang-kenangan berupa patung KRA Sosrodiningrat IV yang ditempatkan di ruang tengah museum, dibangunnya gedung Walidyasana di sebelah timur museum sebagai ruang baca dan pertemuan (sebagai penghargaan RTH Djojodiningrat) dan patung R.Ng Ronggowarsito pujangga terakhir Kasunanan Surakarta yang ditempatkan di halaman depan museum Radya Pustaka.Â
Adapun pemasangan dan peresmian oleh Presiden pertama RI, yaitu Ir. Sukarno.