Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketahui Horoskopmu di Srawung Centhini, Museum Radya Pustaka Surakarta

29 Mei 2024   14:55 Diperbarui: 5 Agustus 2024   09:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk lebih mengenalkan serta mengedukasi masyarakat, maka panitia Srawung Centhini mengundang pelajar SMA sederajat untuk hadir pada kegiatan tersebut. Sebelum acara wilujengan, diadakan Diskusi Kisah Aksara dengan tema dan narasumber yang berbeda. Untuk jenis tumpengnyapun juga tidak sama, menyesuaikan jenis wukunya. Hal itu disampaikan oleh salah satu pegawai museum yang akrab dipanggil Mbak Yanti.

Apakah wuku itu ? Wuku adalah bagian dari dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari ( satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari) dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Jika ada yang belum mengetahui nama wukunya, bisa datang ke museum Radya Pustaka dan menemui Pak Totok. Dasar perhitungan wuku bertemunya dua hari dalam sistem pancawara (hari pasaran) dan saptawara (pekan) menjadi satu. Sistem pancawara atau pasaran terdiri dari lima hari (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Paing), sedang sistem pancawara terdiri dari tujuh hari (Senen, Selasa, Rebo, Kemis, Jum'at, Setu, Ahad). Dalam satu wuku, pertemuan antara hari pasaran dan hari pekan sudah pasti. Misalnya Setu Wage masuknya wuku Julungwangi. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, masing-masing wuku memiliki makna khusus.

Gb. 3 Jenis tumpeng dan para penerima sertifikat wuku (ft. koleksi Yanti Radya Pustaka)
Gb. 3 Jenis tumpeng dan para penerima sertifikat wuku (ft. koleksi Yanti Radya Pustaka)

Nama-nama wuku yang berjumlah tiga puluh tersebut didasarkan pada suatu kisah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Watugunung. Raja ini mempunya istri bernama Sinta dan memiliki anak sejumlah 27 orang. Nama-nama itulah yang menjadi nama setiap wuku. Setiap wuku dijaga oleh seorang dewa pelidung, memilik pohon simbolik, hewan simbolik, tipe rumah (gedhong), candra (penciri), perlambang (dinyatakan dalam suatu peribahasa), ruwatan (sedekah untuk menolak bala, kala sial (sengkal bilahi/situasi yang membawa petaka dan dunung (arah mata angina yang membawa sial). Satu wuku terdiri dari 7 hari, misalnya untuk wuku Landhep dari hari Akad Wage -- Sabtu Kliwon. Sehingga memilik rentan waktu 30 wuku meliputi waktu 210 hari.

Nama-nama wuku itu adalah :

  1. Sinta dengan dewa penjaga Batara Yama ( Ahad Paing -- Setu Pon)
  2. Landhep dengan dewa penjaga Batara Mahadewa ( Ahad Wage -- Sabtu Kliwon)
  3. Wukir dengan dewa penjaga Batara Mahayakti ( Ahad Legi -- Setu Paing)
  4. Kurantil dengan dewa penjaga Batara Langsur ( Ahad Pon -- Setu Wage)
  5. Tolu dengan dewa penjaga Batara Langsur ( Ahad Pon - Setu Wage)
  6. Gumbreg dengan dewa penjaga  Batara Candra (Ahad Paing -- Setu Pon)
  7. Warigalit dengan dewa penjaga Batara Asmara ( Ahad Wage -- Setu Kliwon)
  8. Wariagung dengan dengan dewa penjaga Batara Maharesi ( AhadLegi - Setu Paing)
  9. Julungwangi dengan dewa penjaga  Batara Sambu ( Ahad Pon -- Setu Wage)
  10. Sungsang dengan dewa penjaga Batara Gana ( Ahad Kliwon -- Setu Legi)
  11. Galungan dengan dewa penjaga Batara Kamajaya (Ahad Paing -- Setu Pon)
  12. Kuningan dengan dewa penjaga Batara Indra ( Ahad Wage -- Setu Pon)
  13. Langkir dengan dewa penjaga Batara Kala (Ahad Legi -- Setu Paing)
  14. Mandasiya dengan dewa penjaga Batara Brahma ( Ahad Pon -- Setu Wage)
  15. Julungpujut dengan dewa penjaga Batara Guritna (Ahad Kliwon -- Setu Legi)
  16. Pahang dengan dewa penjaga Batara Tantra ( Ahad Paing -- Setu Pon)
  17. Kuruwelut dengan dewa penjaga Batara Wisnu (Ahad Wage -- Setu Kliwon)
  18. Marakeh dengan dewa penjaga Batara Suranggana ( Ahad Legi -- Setu Paing)
  19. Tambir dengan dewa penjaga Batara Siwa ( Ahad Pon -- Setu Wage)
  20. Medangkungan dengan dewa penjaga Batara Basuki ( Ahad Kliwon -- Setu Legi)
  21. Maktal dengan dewa penjaga Batara Sakri ( Ahad Paing -- Setu Pon)
  22. Wuye dengan dewa penjaga Batara Kowera ( Ahad Wage - Setu Kliwon)
  23. Manahil dengan dewa penjaga Batara Citragotra ( Ahad Legi -- Setu Paing)
  24. Prangbakat dengan dewa penjaga Bisma ( Ahad Pon -- Setu Legi)
  25. Bala dengan dewa penjaga Batara Durga ( Ahad Kliwon -- Setu Legi)
  26. Wugu dengan dewa penjaga Batara Singajanma ( Ahad Paing -- Setu Pon)
  27. Wayang dengan dewa penjada Batara Sri ( Ahad Wage - Setu Kliwon)
  28. Kulawu dengan dewa penjaga Batara Sadana ( Ahad Legi -- Setu Paing_
  29. Dhukut dengan dewa penjaga Baruna ( Ahad Pon -- Setu Paing)
  30. Watugunung dengan dewa penjaga Batara Antaboga ( Ahad Kliwon -- Setu Legi)

                (diambil dari berbagi sumber)

Museum Radya Pustaka merupakan ruang masyakat yang diciptakan sebagai sumber informasi, arsip dan sejarah yang ada. Maka sudah selayaknya menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga dan memeliharanya. Dan dengan adanya kegiatan Srawung Centhini, Radya Pustaka semakin membuka diri dan bisa menjadi tempat belajar tentang adat istiadat, dan sastra Jawa khususnya untuk generasi muda sehingga budaya Jawa tetap ada diantara kehidupan kita.

                                                                                Sahabat museum...museum di hatiku

                                                                                                            Salam Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun