Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nitisari Guru Laku

22 Mei 2024   11:57 Diperbarui: 22 Mei 2024   12:03 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gb 2 ."Surya Gumlewang" (ft pribadi)

Ekalaya adalah seorang putra dari kerajaan Paranggelung yang datang dan ingin berguru kepada Resi Durna. Namun keinginan dan cita-cita tersebut bukan gayung bersambut, karena Ekalaya ditolak oleh Resi Durna dengan alasan ia tidak boleh menerima murid lain selain Pendawa dan Kurawa. Hal tersebut tidak menjadikan Ekalaya putus ada. Setelah kembali ke Paranggelung ia membuat patung dari tanah liat sangat mirip dengan Resi Durna.

Dengan semangat yang tinggi, setiap hari ia berguru kepada patung tersebut sambil membanyangkan seolah-olah ia benar-benar berhadapan dan berguru kepada Sang Resi. Dengan kesungguhannya, akhirnya Ekalaya menjadi pemanah yang handal dengan kemampuan yang lebih baik daripada Pandawa dan Kurawa. Hal tersebut dibuktikan dengan peristiwa ketika Ekalaya memanah mulut seekor anjing dengan tujuh anak panah yang ia lepaskan sekaligus.

Namun, hal itu kemudian ketahui oleh Pandawa dan Kurawa ketika mereka sedang berburu. Arjuna segera meminta penjelasan kepada sang guru. Kesungguhan Ekalaya dalam berlatih memanah kepada patung yang sangat mirip dengan Resi Durna dianggap sebuah tindakan yang lancang dan tidak terpuji. Akibatnya, Sang Resi meminta imbalan kepadanya untuk mempersembahkan salah satu ibu agar bisa diakui sebagai muridnya.

Tanpa pikir panjang dan tidak ada kecurigaan apapun bahwa sebenarnya hal tersebut dilakukan Sang Resi agar tidak ada yang bisa menandingi Arjuna sebagai pemanah terbaik, Ekalayapun menyerahkan salah satu ibu jarinya. Demi menghindari pertengkaran, maka Resi Durna mempersaudarakan keduanya dengan memberi Ekalaya dengan Palgunadi dan Arjuan dengan nama Palguna.

Blacius Subono memang sudah meninggal, namun sejatinya Blacius Subona berada diantara semua. Semangat dan kreativitas dan dedikasinya untuk seni akan selalu ada di hati kami. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengampuni dosa-dosanya dan memberikan tempat yang layak dan jauh lebih baik daripada tempat saat hidup di dunia. Aamiin3...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun