Kerugian ekonominya akibat PMK cukup besar, baik untuk negara maupun bagi peternak.Â
Penanganan harus dilakukan dengan cepat. Pemerintah harus mengambil langkah dan kebijakan secara tepat dan hati-hati.Â
Mortalitas untuk PMK memang masih dikategorikan rendah berkisar 5-10%, namun memiliki tingkat morbiditas (kesakitan) mencapai 100% serta menimbulkan dampak ekonomi dengan proyeksi kerugian mencapai Rp 11,6 triliun.Â
Dampak PMK sangat terasa hingga jangka panjang. Hewan yang terjangkit PMK dan tidak segera mendapat penanganan yang tepat lama kelamaan akan mengalami penurunan produktivitas karena sakit yang dirasakan, sehingga terjadi penurunan bobot badan karena ternak tidak mau makan, dan akhirnya menyebabkan kematian.Â
Selain itu, beberapa penelitian melaporkan adanya pengaruh pada reproduksi. Ternak dengan produktivitas dan pertumbuhan yang buruk dan tidak dapat bereproduksi secara normal tidak akan mampu menghasilkan anak setiap tahun dan tentunya sangat tidak efisien dalam pemeliharaan dan merugikan peternak. Begitupun pada ternak perah, dapat menyebabkan penurunan produksi susu.
Adanya kasus wabah PMK ini, secara psikologis tentunya sangat berpengaruh terlebih pada peternak rakyat. Bagi peternak rakyat dengan skala kepemilikan yang relatif kecil, hewan ternak bukan hanya sebagai sumber pendapatan dan tabungan, tapi juga sebagai hewan kesayangan yang "jika ternak sakit, peternak juga akan merasakan sakit".
Di Indonesia sendiri, kasus kematian ternak akibat penyakit dan virus masih cukup tinggi, diantaranya seperti brucellosis dan jembrana yang menyerang sapi Bali dengan penyebaran yang sangat cepat dan menimpulkan kerugian yang cukup besar.
Kondisi yang sering terjadi di lapangan apabila wabah virus menyerang ternak adalah peternak cenderung terburu-buru menjual ternaknya khawatir tertular ataupun langsung memotong ternak ditempat ketika didapati sudah dalam kondisi sakit daripada harus mengalami kerugian karena ternaknya mati.
Saat kondisi seperti ini biasanya harga sapi di peternak akan jatuh. Tak jarang hal ini dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang (blanthik) untuk membeli sapi di peternak dengan harga yang sangat murah untuk dijual kembali baik di dalam wilayah suspect ataupun daerah lain yang tidak terdampak virus.
Hal ini tentunya sangat berbahaya, karena menyebabkan penyebaran virus semakin cepat.
Disaat swasembada daging yang hingga saat ini masih menjadi PR besar bangsa ini, tentu masuknya kembali wabah PMK sangat berdampak besar khususnya pada pengurasan populasi sapi dalam negeri.Â