Mohon tunggu...
Sariatus Solekhah
Sariatus Solekhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa ekonomi syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep IsIam Nusantara bagi Pendidikan IsIam

14 Oktober 2024   19:02 Diperbarui: 14 Oktober 2024   19:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan sekilas: Islam Nusantara bukanlah sesuatu yang baru dari segi geneologis. Ia ada sejak Islam tiba di Nusantara dengan kearifan dan pluralitas masyarakatnya. Oleh karena itu, ia telah menghasilkan banyak tokoh nasional yang menarik yang menunjukkan prinsip-prinsip ijtihad dan membumi. Aspek estimologis menunjukkan bahwa Islam nusantara tidak bertujuan untuk melokalisir ajaran Islam yang universal. Selain itu, menusantarakan Islam berarti menyerahkan Islam kepada budaya dan adat istiadat ke nusantara. Ide Islam Nusantara pada dasarnya sangat sederhana. Bertitik tolak pada fakta bahwa sebagian besar masyarakat Islam di Nusantara, termasuk di Indonesia, menganut ajaran Ahlussunah Waljama'ah (Aswaja).

Secara faktual, Islam Nusantara adalah gambaran dari keberagaman yang berakar dan berkembang di masyarakat nusantara. Oleh karena itu, cara dakwahnya harus menghormati tradisi yang ada di tengah masyarakat, memberikan kesempatan untuk terus berkembang dengan mempertimbangkan sosiokultural dan kearifan lokal masyarakat nusantara saat menggali dan memaknai ajaran Islam.

Nahdlatul Ulama membangun tradisi Islam di Indonesia, yang dikenal sebagai Islam Nusantara. Islam Nusantara muncul pada tahun 2015 sebagai gerakan denominasi masyarakat Islam di Nusantara yang menentang denominasi Islam yang didasarkan pada ideologi Arab dan Timur Tengah, seperti Wahabisme Arab Saudi.

Dalam istilah "Islam Nusantara", ada dua arti. Yang pertama adalah Islam yang ada di Nusantara, dan yang kedua adalah Islam yang memiliki karakteristik Nusantara. Meskipun, pada dasarnya, artinya adalah Islam di Nusantara, unsur-unsur yang ada di Nusantara tentu juga akan relevan. Pemikiran (fikrah), gerakan, dan amaliah adalah pilar-pilar Islam nusantara. Dengan menerapkan Islam yang damai, harmonis, dan humanis, Islam nusantara dapat berdampak pada kemajuan Indonesia dan memajukan peradaban Islam secara keseluruhan. Kontekstualitasi, vernakularisasi, interaksi, dan indigenisasi agama Islam dengan kebudayaan, agama, dan realitas sosial nusantara menciptakan Islam nusantara. Islam nusantara menekankan gagasan bahwa Islam di tanah nusantara adalah Islam yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya lokal yang menjadi ciri khas dari orang-orang yang tinggal di tanah nusantara. Ini menunjukkan bahwa Islam nusantara berbeda dari Islam Arab, tempat lahirnya. Dalam hal ini, Islam nusantara adalah representasi dari agama Islam yang rahmatan lii "alamin", dengan ciri-ciri seperti belas kasih, perdamaian, hidup secara harmonis, dan mempertahankan silaturahmi.

Pendidikan Islam bergantung pada sejarah penyebaran Islam nusantara. Ini yang membedakan pendidikan Islam sebagai ide yang benar-benar baru dan pendidikan Islam sebagai hasil lanjutan dari proses penyebaran Islam. Melihat perkembangan pendidikan Islam saat ini, jelas bahwa pendidikan Islam adalah salah satu pendekatan untuk kebudayaan Islam, bersama dengan didinamika Islam yang terjadi di nusantara.

Perkembangan dakwah Islam dan pembentukan lembaga pendidikan Islam adalah tipe yang unik untuk Islam Nusantara dan merupakan metode terbaik untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi. Pendidikan Islam mencakup pengembangan masyarakat Islam yang lebih sistematis selain metode non-formal dan informal seperti majlis ta'lim dan pengajian umum. Meskipun pendidikan Islam sangat terkait dengan dakwah Islam pada awal penyebaran agama, fokus kajian saat ini adalah pendidikan Islam sebagai proses pengembangan keterampilan keagamaan yang sistematis.

Ini menunjukkan bagaimana Islam Nusantara berhubungan dengan pendidikan Islam di Nusantara. Persentuhan ini akan menghasilkan model pendidikan Islam di wilayah Nusantara. Jika Islam Nusantara dianggap sebagai jenis keislaman di Nusantara, maka pendidikan Islam Nusantara juga merupakan jenis pendidikan Islam yang unik untuk Nusantara. Ini beralasan karena beberapa alasan. Pertama, pendidikan Islam di Nusantara tidak sama dengan di beberapa Negara lain. Kedua, meskipun pada awal perkembangan modern, pendidikan Islam didekati dengan gagasan pendidikan liberal, pendidikan Islam tidak sepenuhnya liberal, dan bahkan mungkin menggunakan format yang berbeda. Misalnya, materi kurikulum melibatkan interaksi dan akulturasi dengan budaya lokal daripada sepenuhnya mengikuti kurikulum pendidikan modern.

Dalam berdakwah, Walisongo sangat mempertahankan batas-batas nilai Islam yang dapat diterima dan yang tidak. Mereka tidak menggunakan budaya sebagai ukuran atau alat untuk mengubah syariat. Mereka juga berijtihad agar metode dakwahnya tidak mengubah aturan Islam yang sudah ada.

Dengan mewariskan berbagai lembaga pendidikan Islam yang sudah lama didirikan dan masih eksis hingga saat ini, Islam Nusantara memberikan kontribusi yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Meskipun demikian, ada manfaat dari pendidikan Islam, seperti menanamkan nilai-nilai agama, mendukung demokrasi dalam proses nasional dan internasional, dan mengajarkan akhlak yang baik. Di antara manfaat besar yang diberikan Islam Nusantara kepada sistem pendidikan Indonesia adalah beragam lembaga pendidikan Islam diantaranya :

1.Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Menurut sejumlah sejarawan, pesantren sudah ada sebelum bangsa Eropa tiba di Nusantara pada abad ke-16. Pada saat ini, ada dua jenis pesantren. Yang pertama adalah yang tradisional, di mana pengajaran didasarkan pada kitab kuning, buku yang memberikan pelajaran dalam bahasa Arab tanpa harokat dan Alquran. Yang kedua adalah yang modern, di mana pengajaran didasarkan pada standar nasional tetapi tetap mempertahankan prinsip klasik dan pengajaran kitab kuning dan Alquran.

2. Madrasah

Sejak awal abad ke-20, Madrasah menjadi lembaga pendidikan yang populer di Indonesia. Istilah ini berasal dari kata "darasa", yang berarti "tempat duduk untuk belajar", dan dalam konteks Indonesia, istilah ini telah menyatu dengan istilah "sekolah formal" atau "perguruan" yang didirikan oleh Departemen Agama. Departemen Agama dapat dianggap sebagai representasi umat Islam dalam memperjuangkan pendidikan Islam secara lebih meluas.

Islam nusantara masih memiliki banyak kontribusi- kontribusi lain dalam memajukan pendidikan Indonesia dari zaman dulu hingga saat ini. Hal hal lainnya seperti majlis ta'lim, masjid dan surau. Dari lembaga lembaga pendidikan tersebut diharapkan pendidikan dapat menyeimbangkan antara iman, takwa, akhlak mulia dengan kecerdasan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun