***
Bram melangkah gontai menuju sebuah taman lahan kosong. Bunga-bunga seruni tumbuh mekar menghiasi jalan setapak menuju lahan itu. Di sana, sebuah makam terpisah dari makam lainnya. Lahan yang dikhususkan Bram untuk mereka berdua.
Sebuah prasasti bertuliskan "Angela, Istri secantik seruni" yang diersembahkan Bram untuk sitri tercintanya. Bunga-bunga seruni menghiasi makam Angela. Sangat cantik. Rumah baru Angela dipenuhi seruni putih kesukaannya.
Bram meletakkan seikan seruni di pusara Angela. Mengelus pusara Angela membisikkan "Sayang, aku datang. Apa kau merindukanku? Aku sangat merindukanmu." Di kata terakhir itu Bram meneteskan air matanya. Dalam isak tangisnya, Bram mengeluarkan surat dari sakunya. Bram meletakkannya di pusara Angela. "Aku mencintaimu Angela. Selalu."
Mentari sore itu bergulir menyusuri jalan pulangnya. Pria itu belum mau beranjak meninggalkan pusara kekasihnya. Cinta masih menahannya untuk bersama, menikmati kenangan senja dengan secangkir teh dan bunga seruni di halaman rumahnya. Pelukan dan senyum penuh cinta dari istrinya selalu dirindukannya. Aroma seruni selalu membawa kenangan itu kembali dalam ingatannya.
ST, Djb July
*Seruni dalam ingatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H