"Pria yang malang." Tukas wanita satunya. "Ya begitulah. Aku rasa dia belum bisa melupakan istrinya. Kasihan sekali. Setiap minggu mengirimkan surat kepada istrinya. Dan semua surat yang dikirimkan kembali lagi ke rumahnya. Itu pekerjaan sia-sia."Â
"Memangnya apa yang terjadi dengannya?" Tanya seorang pengunjung yang dari tadi mengantri di belakang antrian Bram. "Wabah setahun lalu, kau masih ingat?" pria itu mengangguk. Wanita itu melanjutkan, "Istrinya seorang dokter, ditugaskan untuk membantu menangani wabah. Dua bulan lalu istrinya meninggal karena wabah itu. Kasihan sekali."
"Lalu, surat-suratnya?" Pria itu penasaran. "Dulu dia dan istrinya rutin berkirim surat, apalagi setelah istrinya ditugaskan untuk membantu menangani wabah. Setiap minggu mereka biasa berkirim surat. Namun setelah istrinya meninggal, Pak Bram tetap mengirimi surat kepada istrinya. Aku rasa dia belum bisa melupakan istrinya dan berharap masih rutin menerima surat-surat dari istrinya."
"Kasihan sekali."
***
Tukang Pos berhenti di depan pagar rumah Bram. Mengeluarkan sepucuk surat dan memasukkannya ke kotak surat, lalu segera beranjak. Bu Yem berlari meninggalkan seruni yang sedang dipotongnya.
Bu Yem mengambil surat dari dalam kotak surat. Ada dua surat, satu surat yang dimasukkan Bram tadi pagi dan satu lagi surat yang dikirimkan Bram minggu lalu. Surat itu kembali kepada pengirimnya. Bu Yem mengambil surat itu dan meninggalkan surat yang dimasukkan Bram tadi pagi.
Di bawah pot bunga, Bu Yem mengubur sebuah kotak, semuanya berisi surat-surat Bram untuk Angela dua bulan terakhir. Bu Yem menguburnya, tak tega melihat Bram melihat surat-surat itu kembali.
Bram punya kebiasaan aneh belakangan ini. Sering menulis surat untuk Angela. Kebiasaan yang dulu mereka lakukan setelah Angela dipindahtugaskan untuk menangani wabah. Mereka terpisah jarak. Surat menjadi media mereka saling bicara.
Semenjak Angela meninggal, Bram masih rutin menulis surat untuk Angela. Bram belum bisa menerima kepergian Angela. Setiap minggu ia menulis surat untuk Angela. Bahkan, ia sering menulis balasan suratnya sendiri menggantikan Angela. Surat yang ditinggalkannya di kotak surat adalah surat yang ditinggalkannya tadi pagi adalah surat balasan bagi surat Bram sebelumnya. Bram menjadi aneh. Bram menghidupkan sosok Angela dalam dirinya melalui surat-suratnya. Setiap malam Bram akan menulis surat untuknya menggantikan Angela. Dan meletakkannya di kotak surat Angela. Sore hari, ia akan mengambil surat dari kotak surat, seolah-olah menerima surat dari Angela. Membacanya lalu menangis semalaman.
Bu Yem memotong beberapa batang seruni. Mengikatnya dan meletakkannya dalam vas bunga berisi air. Meletakkannya di atas meja di dekat pintu masuk. Bram akan mengambilnya sepulang kerja.