Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Elizabeth Pisani: Anak-anak Indonesia Tidak Mengetahui Betapa Bodohnya Mereka

23 Juni 2020   15:02 Diperbarui: 23 Juni 2020   14:57 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Indonesia sekolah dengan berbagai keterbatasan (sumber: indoboom.com)

"It does seem that in general, less competent kids feel happier in school. And there's nothing wrong with being happy. But it worries me that Indonesian children do not even realise how badly the school system is failing them. Though the overwhelming majority have not, by the age of 15, acquired even the basic skills needed to function in modern society, they think they're all set for the future. Some 95% report that they have learned things that have prepared them for their future jobs, and almost three quarters think that school has prepared them adequately for adult life. Fewer than one in ten think that school has been a waste of time."

Posisi Indonesia Kini

Dikutip dari sumber edukasi.kompas.com, hasil tes PISA 2018, sebagai tes PISA terbaru Indonesia, justru menunjukkan hasil yang mengecewakan. Indonesia justru mengalami penurunan di ketiga bidang tes, meski secara peringkat tidak lagi menempati posisi terbawah karena jumlah negara peserta juga bertambah.

Untuk skor Matematika, Indonesia berada di peringkat 72 dari 78 negara, sains peringkat 70 dari 78 negara serta membaca peringkat 72 dari 78 negara.Untuk wilayah Asi Tenggara pun Indonesia masih berada di peringkat bawah.

Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Tentu banyak, sebab gambaran hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan kita sedang sekarat. Namun satu hal yang perlu bagi kita sebagai masyarakat adalah peran serta kita memajukan pendidikan Indonesia.

Penggunaan APBN 20% untuk pendidikan sebenarnya sudah cukup leluasa untuk mengelola pendidikan. Perlu keseriusan pemerintah dan pemegang kuasa anggaran di sekolah untuk menggunakan dana ini untuk benar-benar bagi kemajuan pendidikan Indonesia.

2006 hingga ke 2018, hasil tes PISA Indonesia menunjukkan grafik yang tidak wajar. Ibarat tes kesehatan, grafik tesnya menunjukkan ada penyakit yang sudah kronis. Sudah saatnya kita obati, bersama-sama. Pemerintah tentu sudah mengambil langkah-langkah penanganan, namun semua akan sia-sia jika pemangku kebijakan di daerah, sekolah, guru, orang tua dan masyarakat pendidikan tidak serius dalam implementasinya.

Tantangan 2045 Indonesia menjadi negara peringkat ke 5 dalam perekonomian dunia tak akan dapat diwujudkan jika pendidikan Indonesia masih terseok-seok. 

Sudah saatnya sekolah menjadi tempat mendidik anak-anak dengan sistem yang maju. Anak-anak perlu sadar bahwa dalam persaingan global saat ini mereka masih dianggap sebagai anak-anak yang bodoh. Dan akan tetap bodoh jika tes PISA Indonesia belum mampu berada di atas rata-rata pencapaian OECD.

Akhirnya, bukan tanpa alasan Elizabeth Pisani mengatakan "Anak-anak Indonesia tidak menyadari betapa bodohnya mereka", namun tanggung jawab kita bersama untuk membuatnya mengatakan "Anak-anak Indonesia sudah menyadari betapa hebatnya mereka." Suatu hari nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun