Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dari Pandemi, Jembatan Putus hingga Banjir, Pendidik Tetap Pantang Menyerah

19 Juni 2020   21:22 Diperbarui: 20 Juni 2020   04:26 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat bersmaa-sama membantu kendaraan yang mogok akibat banjir (sumber: medanbisnisdaily.com)

Penilaian Akhir Tahun (PAT) di sekolah kami usai sudah. Pembagian rapor menanti sudah. Tanggalnya pun tingga beberapa centi dari silangan terakhir dalam kalender bulan ini. Artinya, kami sedang diburu. Diburu waktu. Nilai harus sudah dilaporkan dan rapor harus segera dibagikan.

Nilai, mungkin itu perkara mudah. Bisa dikerjakan di rumah, WFH. Rapor? Tidak bisa. Harus di sekolah. Menggunakan jaringan internet yang sama dengan jaringan yang dipakai oleh server dapodik sekolah. Intinya, ya harus ke sekolah.

Di tengah pelonggaran PSBB dan New Normal telah dimulai, sekolah masih ditutup, namun bukan berarti guru tidak ke sekolah. Pada dasarnya sekolah tetap buka, secara administratif. Ada guru dan tenaga kependidikan yang tiap hari bergantian stand by di sekolah. Tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, membatasi pengunjung ke sekolah. Hanya tamu yang sifatnya penting yang boleh berkunjung.

Ditambah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) juga sudah dimulai. Walau PPDB dilaksanakan secara online namun tetap saja sekolah harus dibuka untuk kegiatan Verifikasi berkas bagi calon siswa yang dinyatakan diterima.

Kembali ke inti, pengisian nilai rapor. Rapor yang digunakan adalah e-rapor di mana rapor diisi secara daring oleh guru, kemudian dikirimkan ke kelas masing-masing. Kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dalam data Data Pokok Pendidikan (dapodik). Wali kelas akan memeriksa apakah seluruh guru telah mengirimkan nilai dan semua siswanya telah mendapat nilai. Jika sudah, maka rapor siap dicetak.

Lebih praktis memang. Semuanya dikerjakan secara daring. Walau disediakan tempale nilai offline, tetapi harus diupload agar dapat masuk ke server dapodik. Nantinya semua nilai akan terekam secara otomatis di dapodik sekolah. Dan data itu tersimpang di pusat server kemendikbud.

Proses ini sebenarnya dimulai dengan pengisian data dapodik sekolah oleh operator dapodik secara lengkap. Siswa, mata pelajaran, guru, kegiatan ekstrakurikuler semuanya dientri ke dalamnya. Dan masing-masing guru punya ID login masing-masing sehingga nilai yang diberikan sifatnya tetap rahasia guru yang bersangkutan.

Lalu masalahnya di mana? Untuk bisa datang ke sekolah itu masalahnya. Karena PSBB? Bukan. Sejak PSBB diterapkan, guru tetap ke sekolah, tetap hadir. Sepertinya Covid-19 tak akan menginfeksi guru. Atau guru-guru sudah punya imunitas alami terhadap Covid-19. Hingga akhirnya tak terelakkan lagi, guru pun harus berada di rumah. Masalahnya adalah akses untuk bisa sampai ke sekolah yang menantang. Sama menantangnya dengan pandemi ini.

Jembatan Putus

Jembatan putus dan jembatan darurat yang menghubungkan Bandar Khalipah dan Pagurawan (sumber: mimbarsumut.com)
Jembatan putus dan jembatan darurat yang menghubungkan Bandar Khalipah dan Pagurawan (sumber: mimbarsumut.com)
Untuk sampai ke sekolah kami ada dua rute, pertama dari arah Kota Medan, kedua dari arah kota Kisaran. Dari arah kota Medan, perjalanan akan ditempuh ke kota Tebing Tinggi, ke Bandar Khalipah hingga masuk ke Pagurawan.

Dari sini perjalanan hanya dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, tak ada lagi angkutan umum. Sementara dari arah kisaran perjalanan harus ditempuh hingga ke Indrapura lalu masuk ke arah PT. Inalum. Dari sini pun tak ada angkutan umum lagi selain sepeda motor atau kendaraan pribadi lainnya.

Menuju Pagurawan dari Bandar Khalipah, akan disuguhkan perjalanan dengan kondisi jalan yang parah. Perjalanan yang seharusnya 30 menit bisa mencapai 1 jam ditambah badan terasa sakit bergoyangan dalam angkutan sebagai bonusnya.

Dan saat akan memasuki Pagurawan ada jembatan putus sejak Januari 2019 dan hingga kini belum juga diperbaiki. Padahal jembatan ini memegang peran sentris sebab merupakan akses utama distribusi hasil laut dan pertanian dari daerah ini menuju ke kota.

Jembatan darurat yang dibangun seadanya kondisinya sangat memprihatinkan dan sangat mengancam keselamatan pengendara. Bahkan sudah memakan korban, seorang pengendara sepeda motor terjun ke bawahnya. Dan jika tidak sangat hati-hati, mobil bisa saja loncat indah di sana.

Tak jarang penumpang angkutan harus turun agar angkutan dapat perlahan-lahan merayap di jembatan darurat untuk dapat menyeberang. Kondisi ini berlangsung hingga kini. Kabarnya akan segera diperbaiki, semoga bukan hanya hembusan angin segar.

Banjir

Masyarakat bersmaa-sama membantu kendaraan yang mogok akibat banjir (sumber: medanbisnisdaily.com)
Masyarakat bersmaa-sama membantu kendaraan yang mogok akibat banjir (sumber: medanbisnisdaily.com)
Jika dari arah Medan perjalanan dihadang jalan rusak dan jembatan putus, maka lain lagi jika dari ara Kisaran. Menuju sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi, kita akan dihadang banjir yang bahkan dapat merendam mobil atau sepeda motor.

Bisa dipastikan, jika menggunakan seragam kerja, maka paling tidak celana sudah akan basah, itu pun jika sepeda motor tidak mogok di tengah banjir. Biasanya para pendidik yang bertugas ke wilayah ini menyiapkan pakaian cadangan.

Bagi yang menggunakan mobil, biasanya akan berhenti dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, atau menumpang sepeda motor yang berhasil melewati banjir. Banjir ini memang tidak terjadi sepanjang tahun, namun dapat berlangsung hingga berminggu-minggu.  Belakangan ini semakin rutin terjadi menjadi bencana tahunan.

Suatu perjuangan berat dihadapi para pendidik. Selain tantangan Covid yang mengancam namun para pendidik masih memberanikan diri menghadapi resiko penularan Covid, mereka masih berhadapan dengan tantangan lainnya. Jembatan putus hingga banjir. Namun para pendidik di sini tetap siap terjun.

Jiwa pendidik memang pantang menyerah. Seberat apa pun medan, pendidik tak surut langkah. Kesadaran beratnya tanggung jawab mendidik penerus bangsa membuat pendidik sejenak melupakan resiko dan tantangan yang mereka hadapi.

Terlebih besok penerimaan rapor akan dilaksanakan. Beberapa hari ini harus siap menerjang banjir dan menantang jembatan putus, untuk memastikan besok pembagian rapor dapat terlaksana. Pembagian akan dilaksanakan bertahap dari pagi hingga menjelang sore untuk menghindari kerumunan. Semoga semangat para pendidik tak pernah padam.

ST, Djb 19 June

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun