Menuju Pagurawan dari Bandar Khalipah, akan disuguhkan perjalanan dengan kondisi jalan yang parah. Perjalanan yang seharusnya 30 menit bisa mencapai 1 jam ditambah badan terasa sakit bergoyangan dalam angkutan sebagai bonusnya.
Dan saat akan memasuki Pagurawan ada jembatan putus sejak Januari 2019 dan hingga kini belum juga diperbaiki. Padahal jembatan ini memegang peran sentris sebab merupakan akses utama distribusi hasil laut dan pertanian dari daerah ini menuju ke kota.
Jembatan darurat yang dibangun seadanya kondisinya sangat memprihatinkan dan sangat mengancam keselamatan pengendara. Bahkan sudah memakan korban, seorang pengendara sepeda motor terjun ke bawahnya. Dan jika tidak sangat hati-hati, mobil bisa saja loncat indah di sana.
Tak jarang penumpang angkutan harus turun agar angkutan dapat perlahan-lahan merayap di jembatan darurat untuk dapat menyeberang. Kondisi ini berlangsung hingga kini. Kabarnya akan segera diperbaiki, semoga bukan hanya hembusan angin segar.
Jika dari arah Medan perjalanan dihadang jalan rusak dan jembatan putus, maka lain lagi jika dari ara Kisaran. Menuju sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi, kita akan dihadang banjir yang bahkan dapat merendam mobil atau sepeda motor.
Bisa dipastikan, jika menggunakan seragam kerja, maka paling tidak celana sudah akan basah, itu pun jika sepeda motor tidak mogok di tengah banjir. Biasanya para pendidik yang bertugas ke wilayah ini menyiapkan pakaian cadangan.
Bagi yang menggunakan mobil, biasanya akan berhenti dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, atau menumpang sepeda motor yang berhasil melewati banjir. Banjir ini memang tidak terjadi sepanjang tahun, namun dapat berlangsung hingga berminggu-minggu. Â Belakangan ini semakin rutin terjadi menjadi bencana tahunan.
Suatu perjuangan berat dihadapi para pendidik. Selain tantangan Covid yang mengancam namun para pendidik masih memberanikan diri menghadapi resiko penularan Covid, mereka masih berhadapan dengan tantangan lainnya. Jembatan putus hingga banjir. Namun para pendidik di sini tetap siap terjun.
Jiwa pendidik memang pantang menyerah. Seberat apa pun medan, pendidik tak surut langkah. Kesadaran beratnya tanggung jawab mendidik penerus bangsa membuat pendidik sejenak melupakan resiko dan tantangan yang mereka hadapi.
Terlebih besok penerimaan rapor akan dilaksanakan. Beberapa hari ini harus siap menerjang banjir dan menantang jembatan putus, untuk memastikan besok pembagian rapor dapat terlaksana. Pembagian akan dilaksanakan bertahap dari pagi hingga menjelang sore untuk menghindari kerumunan. Semoga semangat para pendidik tak pernah padam.