Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kita Belum Malu Mencontek

10 Juni 2020   05:06 Diperbarui: 10 Juni 2020   05:14 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan kasus yang sempat hangat tentang plagiat karya ilmiah dari seorang akademisi Indonesia. Seorang yang punya intelektualitas yang mumpuni pun ternyata kecipratan dosa mencontek.

Makin Merunduk Makin Berisi

Saya kembali ke jalur siswa saya saja. Takut juga ngomongin plagiat-plagiat. Saat belajar di kelas jangan coba-coba melemparkan remasan kertas ke teman, kalau tidak ingin terjadi keributan. Namun beda hal nya jika sedang ujian, siswa yang kena lemparan kertas adalah yang paling berbahagia. Asikkk ada contekan datang.

Biasanya yang kita dengar adalah ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Beda halnya ketika ujian, makin merunduk makin berisi. Semakin sering menunduk melihat contekan di bawah meja, makin cepatlah lembar jawaban terisi.

Kondisi ini tentu memprihatinkan. Bagaimana pun siswa-siswa ini adalah generasi penerus kita. Jika gambarannya seperti ini, maka masa depan akan diisi generasi yang tak malu lagi mencontek.

Kita harus melakukan sesuatu. Generasi ini harus disadarkan. Pertama, orang tua perlu membantu sekolah menekankan pentingnya menjaga nilai kejujuran. Menanyakan apakah tgas-tugas anak sudah diselesaikan langkah sederhana untuk membantu anak bersikap jujur terhadap tugasnya. Kemudian mengingatkan anak-anak kita untuk menjunjung tinggi nilai kejujuran itu.

Kedua, sekolah perlu membudayakannya tidak sebatas slogan di spanduk (mudah-mudah spanduknya gak salah translate jika keinggris-inggrisan). Tidak sebatas dituliskan dalam peraturan namun menjadi budaya yang dihidupkan. Mari membangun budaya, malu jika mencontek.

Ketiga, masyarakat pun perlu menjadi kontrol bukan malah meracuni. Masyarakat harus menjadi tempat berlomba untuk mengaplikasikan budaya anti mencontek. Jika setiap orang memegang prinsip anti mencontek, maka yang ketahuan mencontek akan tersisih dengan sendirinya.

Keempat, negara pun perlu menunjukkan budaya anti mencontek. Mari maju tanpa mencontek. Mari membuat kebijakan dengan tidak mencontek, membangun peradaban yang benar-benar mencirikan kita, karya kita, pemikiran kita, segalanya tentang kita.

Terakhir, diri kita sendiri. Mari berkomitmen malu jika mencontek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun