Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tontowi Ahmad dan Kegagalannya Meregenerasikan Kejayaan

23 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   07:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tontowi Ahmad resmi mengundurkan diri dari PBSI. Keputusan ini sekaligus pernyataan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya. Sejumlah prestasi telah diraih sepanjang karirnya sebagai atlit bulutangkis. Bersama Liliyana Natsir, Tontowi merupakan pasangan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016.

Mulai berpasangan dengan Liliyana Natsir di tahun 2010, setelah sebelumnya berpasangan dengan Richi Puspita Dili. Setahun setelahnya duet mereka mulai menunjukkan hasil dengan meraih medali emas Sea Games. Berbagai gelar BWF World Tour berhasil mereka raih untuk menobatkan mereka sebagai salah satu ganda campuran paling ditakuti di dunia. Meraih gelar All England tiga kali beruntun hingga medali emas Olimpiade yang menjadi dambaan semua atlit di muka bumi ini. Dua kali juara dunia juga menjadi pelengkap raihan gelar pasangan ini.

Sangat disayangkan memang, di usia yang masih memungkinkan untuk berprestasi, Tontowi memilih untuk mengakhiri karir bulutangkisnya. Sebuah pilihan yang saya yakin, Tontowi sangat berat untuk mengambilnya. Namun pilihan telah diambil, pertimbangan telah menemukan akhir. Pensiun menjadi babak baru dalam perjalanan hidupnya. Mulai saat ini Tontowi harus siap menjadi penonton yang bersorak dari tepi lapangan.

Pensiun memang hak setiap atlit. Sama seperti Liliyana Natsir dan banyak atlit lain, Tontowi berhak menutup karirnya dengan cara yang diyakininya. Namun apakah yang sudah dipersiapkan Tontowi untuk menutup karirnya di dunia bulutangkis? Pada siapa Tontowi menitipkan estafet kejayaan duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir? Pertanyaan ini penting buat saya. Sebab seingat saya, beberapa atlit bulutangkis yang ditinggal pensiun oleh pasangannya, meneruskan kejayaan mereka dengan pasangan yang baru.

Vita Marissa

Dikenal sebagi atlit bulutangkis ganda campuran bersama Flandi Limpele dan ganda puteri bersama Liliyana Natsir, Vita Marissa menjadi atlit andalan Indonesia yang disegani. Vita Marissa memulai kejayaannya bersama Nova Widianto. Cedera bahu tahun 2006 membuatnya absen sesaat dan Nova akhirnya dipasangkan dengan Liliyana Natsir. Tahun 2006 Vita Marissa tampil dengan tandem baru, Flandy Limpele dan langsung menjuarai Japan Open di tahun yang sama. Bersama Flandi, Vita meraih banyak prestasi yang menjadikan pasangan ini sebagai pasangan yang diperhitungkan.

Setelah tak lagi berpasangan dengan Flandy, Vita kerap berganti pasangan. Di akhir karirnya Vita berpasangan dengan Praveen Jordan, pemain dengan smash paling menakutkan saat ini. Karir Praveen justru cemerlang sejak berpasangan dengan Vita Marissa. Praveen yang dahulunya tidak dilirik oleh PBSI, dengan bimbingan Vita yang penuh kesabaran menghadapi Praveen si "Raja Error" membuat Praveen mampu menjelma menjadi pemain yang sangat ditakuti. Vita mengakhiri karirnya dengan baik setelah Praveen akhirnya masuk ke Pelatnas PBSI dan Vita tak lagi punya pasangan. Duet Vita/Praveen akhirnya diteruskan oleh Praveen Jordan/Debby Susanto yang meraih gelar All England 2016.

Zhao Yunlei

Zhao Yunlei adalah pemain dengan gelar paling komplit. Bermain di dua sektor, ganda puteri dan ganda campuran. Di kedua sektor, Zhao Yunlei benar-benar menjadi penguasa tahta. Bersama Zhang Nan, Zhao Yunlei menduduki peringkat tertinggi BWF  terlama dalam sejarah bulutangkis. Belum ada yang mampu melampaui pencapaian mereka. Duet Zhang Nan/Zhao Yunlei telah mencicipi gelar hampir di semua kejuaraan. Zhao adalah pemain yang lebih senior dari Zhang. Peran Zhao sangat terasa dalam permainan Zhang. Zhao menjadi pembimbing Zhang dalam mengembangkan permainan mereka di lapangan.

Setelah tak berpasangan dengan Zhao, Zhang meneruskan karirnya dengan Li Yinhui, atlit muda yang baru menetas dari kelas junior. Zhang membimbing Li untuk meneruskan kejayaan pasangan Zhang Nan/Zhao Yunlei. Hasilnya tak mengecewakan, meski tak menjadi yang terbaik di dunia, namun pasangan ini meraih beberapa gelar juara. Berkat bimbingan Zhang, Li Yinhui akhirnya menjadi salah satu pasangan ganda puteri terbaik Tiongkok saat ini bersama Du Yue.

Estafet kejayaan Zhao Yunlei tidak berhenti di tangan Zhang Nan. Zhang Nan meneruskannya ke Li Yinhui. Tinggal menunggu Li Yinhui akan meneruskannya ke siapa saat pensiun nanti.

Zhang Nan

Selain di sektor ganda campuran, Zhang juga bermain rangkap di ganda putera. Bersama pasangan yang berbeda, Zhang tetap menjadi pemain yang disegani. Bersama atlit senior Fu Haifeng, Zhang meraih medali emas Olimpiade 2012 di sektor ganda putera. Bersama pasangan lain, Liu Cheng, Zhang Nan meraih beberapa gelar BWF Superseries dan sempat menjadi ganda putera andalan Tiongkok. Meski duet mereka akhirnya berakhir, namun garis kejayan Zhang Nan terus berlanjut, Liu Cheng saat ini bertandem dengan Huang Kaixiang. Duet Liu/Huang sempat memberi ancaman pada pasangan Indonesia Kevin/Markus. Zhang sendiri saat ini berpasangan dengan pemain muda Ou Xuanyi. Tampaknya Zhang Nan akan meneruskan garis kejayaannya kepada Ou Xuanyi.

Liliyana Natsir

Saya menempatkan Liliyana Natsir di bagian akhir karena nama ini sangat melekat dengan Tontowi. Liliyana memlai kejayaannya saat berpasangan dengan Nova Widianto, menggantikan Vita Marissa yang mengalami cedera. Bersama Nova, karir Liliyana terus menanjak hingga menjadi juara dunia 2005 dan 2007. Meski hanya meraih medali perak di olimpiade 2008, namun pasangan ini merupakan pasangan yang sangat diperhitungkan di sektor ganda campuran.

Nova mewariskan estafet kejayaan kepada Liliyana Natsir yang akhirnya berpasangan dengan Tontowi Ahmad setelah Nova Widianto resmi pensiun. Saatnya tugas Liliyana untuk membimbing Tontowi meraih prestasi setinggi langit. Tentu Liliyana harus bersabar, jika dulu Nova yang lebih senior dan mengarahkan Liliyana, maka sekarang giliran Liliyana yang harus sabar membimbing Tontowi. Kesabaran Liliyana berbuah. Deretan prestasi mereka raih seiring semakin matangnya permainan mereka. Prestasi tertinggi mereka adalah medali emas olimpiade Rio 2016, menebus kegagalan Liliyana meraih emas Olimpiade Beijing 2008.

Setelah Liliyana Natsir pensiun, ia mewariskan garis kejayaan kepada Tontowi Ahmad. Saatnya Tontowi Ahmad yang mengambil peran membimbing pemain yang lebih muda untuk menjadi pasangan yang mampu menyamai pasangan Tontowi/Liliyana. Bukankah ini peran Tontowi? Menyerahkah Tontowi? Atau apakah Tontowi kurang terbeban untuk melahirkan generasi penerus? Kepada siapa Tontowi akan meneruskan garis kejayaannya? Sayangnya Tontowi telah pensiun sebelum generasi itu lahir.

Tontowi terlalu cepat menyerah terhadap Winny. Mungkin ia sangat untuk segera kembali meraih gelar. Membimbing pemain muda memang butuh kesabaran. Apalagi Tontowi diberi partner yang usianya jauh dari Tontowi. Tapi bukankah Zhang Nan, Zhao Yunlei, Vita Marissa dan bahkan Liliyana juga menghadapi hal yang sama? Lalu kenapa mereka tidak berhenti sebelum generasi penerusnya lahir?

Berpasangan dengan pemain muda memang punya banyak ketidaknyamanan. Selain permainan yang tidak berimbang, pemain senior harus ekstra sabar. Jika menang, pemain junior yang dipuji mampu mengimbangi pemain senior. Jika mengalami kekalahan, maka pemain senior yang dianggap tidak mampu membimbing pemain muda. Tapi itu bukan alasan untuk tidak melahirkan generasi penerus karena kejayaan tidak boleh berhenti.

Tontowi telah memilih pensiun dini, bahkan sebelum kejayaannya diwariskan ke pasangan terakhirnya. Kita berdoa saja semoga kejayaan ini tidak berpindah ke negara lain, dan semoga kejayaan bulutangkis Indonesia tetap memiliki penerus. Tetap sukses untuk Tontowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun