Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Hari Kebangkitan Nasional: Bangkit dari Apa?

20 Mei 2020   16:37 Diperbarui: 20 Mei 2020   16:34 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber daya alam yang melimpah didukung dengan sumber daya manusia yang banyak, iklim demokrasi yang cukup mendukung, geografis yang strategis menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan tujuan investasi terbesar di dunia. 

Harusnya ini menjadi modal kebangkitan ekonomi yang luar biasa bagi Indonesia, untuk tidak hanya diperhitungkan dalam perekonomian dunia, tetapi tanpa Indonesia, perekonomian dunia akan mengalami kemunduran.

Pendidikan Indonesia memang sedikit tertinggal. Secara global, kualitas pendidikan Indonesia jauh tertinggal, berada di papan bawah peringkat pendidikan dunia (PISA 2018). Bahkan kalah dari tetangga kita, Malaysia dan Singapura. Di ASEAN sendiri kita belum mampu menjadi yang terbaik. 

Walau kerap meraih medali dalam penyelenggaraan Olimpiade Sains, namun secara global, kualitas pendidikan kita masih belum memenuhi apa yang kita harapkan untuk mampu bersaing di level dunia. 

Apa yang salah dengan pendidikan kita? Banyak. Seperti benang yang sedang kusut, sulit menguraikannya. Pendidikan kita sedang kronis, butuh penanganan yang panjang untuk menyehatkannya. Indonesia seakan sulit untuk berkembang jika menyangkut pendidikan. Orang pintar banyak di Indonesia, tapi Indonesia tidak dikenal sebagai negara orang-orang pintar. 

Teknologi pendidikan yang jadul, sulitnya menerima pola baru dalam dunia pendidikan, dan budaya kita yang selalu meniru pendidikan negara lain. Kita tak membuat pendidikan yang benar-benar berciri Indonesia, yang maju dengan pemikiran Indonesia, kita berupaya maju dengan mencontek pola negara lain. Kita lupa, kultur masyarakat kita belum mampu menerima.

Dalam peta kekuatan militer dunia, Indonesia menempati posisi 16 di tahun 2019 (Survey Global Firepower), berada satu tingkat di atas Israel dan menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. 

Namun dalam faktanya, negara tetangga sering mencoba main-main dengan negara kita. Mengapa demikian? Mungkin kharisma kekuatan pertahanan kita masih lemah. Kita sangat perlu menunjukkan bahwa kita punya kekuatan yang memadai bukan hanya di atas kertas tapi nyata, bahwa kita negara yang kuat dalam pertahanan. 

Lalu bagaimana dengan ancaman ketahanan dari dalam negeri? Di sini masalahnya. Mungkin kharisma pertahanan kita lemah, karena dunia luar melihat kita terpecah, berkelompok dan mudah bersinggungan.

Mungkin kita punya senjata, tapi apa gunanya senjata jika saat negara lain menyerang kita sibuk berdebat siapa yang menyerang duluan dan bagaimana cara terbaik menghadapinya.

Indonesia adalah negara yang menjunjung kemanusiaan dan itu menjadi salah satu sila Pancasila yang menjadi dasar negara. Isu kemanusiaan menjadi isu sensistif di negara kita, selain isu agama tentunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun