Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Hari Katakan Iya di Keluarga: Hanya Dongeng atau Bisa Jadi Nyata?

5 Juni 2021   17:35 Diperbarui: 6 Juni 2021   01:16 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (desain pribadi)

 Anak-anak awalnya ketawa tak percaya apa yang mereka dengar. Sampai akhirnya yang sulung menjawab, "Mau main game seharian." 

Persis banget dengan yang saya sangkakan. Sebenarnya, hadiah main game seharian ini sudah pernah dia dapatkan juga saat selesai ujian sekolah kelulusan SD beberapa waktu lalu. Atas kerja kerasnya belajar, saya menghadiahinya main seharian, tidak pakai protes. Namun, jam salat dan makan tetap harus dilaksanakan.

Namun kemudian, kalau harus memberikan hal sama tersebut padanya saat yes day, saya  berpikir ulang. Apakah sebanding dengan kewajiban yang sudah dia lakukan? Apa dia sudah laksanakan semua tugasnya dengan baik? Apakah nilai memberikan hadiah ini akan bermanfaat untuknya? Apakah saya akan dapat nilai sama seperti dalam film?

Ilustrasi (desain pribadi)
Ilustrasi (desain pribadi)
Kembali kalau melihat goal dari film, maka keluarga jadi punya waktu bersama saat yes day. Bukan sebaliknya, anak malah punya waktu main game sendirian di depan gadgetnya. Ok, saya bisa berdalih bisa main game bersama, tapi apa bisa orang tua mendampinginya main 24 jam? Sedangkan, keinginan saya adalah menciptakan bonding di antara seluruh anggota keluarga. Karena itulah saya tidak yakin mampu.

 Selama pandemi, kami selalu bersama di rumah 24 jam. Waktu yang nyaris langka sebelumnya. Bersama dalam waktu lama memang sangat berat. Bosan membuat konflik mudah terjadi. Bukan hanya yes atau no, rasa saling memahami dan tenggang rasa antara kami perlu lebih longgar lagi. Percakapan dan negosiasi harus seimbang. Bukan anak dilihat sebagai lawan tapi kawan. Orang tua bukan untuk berdebat tapi bersahabat. Saya yakin belum sempurna juga, tapi berusaha ke arah sana.

Jadi, Anda siap terapkan yes day di keluarga?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun