"Mami ya di Soba to, Mbak. Ada apa, kok tumben pagi-pagi cari Mami?" tanya Mbak Yah.
"Mbak, kalau aku pulang ke desa, menurutmu piye?" Sarita bertanya, kepalanya menunduk, tangannya memainkan ujung kaos yang dia kenakan.
"Mbak Sarita mau pulang kemana? Bukannya Mbak pernah cerita kalau sudah tidak punya siapa-siapa lagi di Eromoko?" cecar Mbak Yah.
Selain jadi pembantu rumah tangga di wisma, Mbak Yah adalah tempat curhat bagi seluruh penghuni Wisma Dahlia. Dia hafal dengan setiap permasalahan yang membawa perempuan-perempuan itu terpaksa menjual diri.
Seperti Sarita, perempuan ini, pertama kali datang ke wisma tiga tahun lalu. Saat datang, Sarita adalah perempuan kumal tak terawat. Dia diantar calo yang membawanya langsung dari desa. Sebelumnya Sarita bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta sejak usia lima belas tahun, selepas dia SMP. Sarita membawa beban hutang yang harus dibayarkan pada rentenir sepeninggal kedua orang tuanya. Â Â Â Â
*** Â Â Â
Waktu bergulir begitu cepat, Sarita memutuskan untuk berhenti. Bukan hanya karena dia sudah cukup mempunyai tabungan, tetapi karena dia melanggar pantangan terbesar sebagai penghuni wisma. Sarita hamil.
Berawal dari enam bulan lalu, ketika Sarita dibooking oleh seorang pejabat teras di kotanya. Sabtu Minggu, Sarita diajak menginap di luar kota dengan bayaran dua puluh kali lipat dari penghasilannya semalam. Sang Pejabat memiliki kelainan psikologis dalam berhubungan badan, dia mengajak ajudannya untuk ikut bersama dalam satu kamar. Sarita diharuskan berhubungan badan dengan ajudannya, sementara dia onani. Setelahnya baru Sang Pejabat menggauli Sarita sebuas singa.
Sebagai pekerja seks komersial, Sarita menerima apa pun keadaan dengan lapang dada. Akan tetapi, di pertemuan ketiga, saat melakukannya dengan Ronny, ajudan pejabat itu, Sarita merasakan getaran yang tidak biasanya. Apalagi ketika Ronny membisikkan kata sayang di sela persetubuhan, seluruh badan Sarita terasa seperti tersetrum listrik dengan voltage maksimal. Perempuan itu jatuh cinta.
*** Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
"Mami, saya mau pensiun," pamit Sarita saat berhadapan dengan germonya.