Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[KSA] Beri Aku Keadilan

15 Juni 2019   19:32 Diperbarui: 15 Juni 2019   19:47 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah aku,perempuan sepi 

Tertikam tajam hukum tanpa mata 

Sendiri menangis nir airmata 

Ratapi nasib berkalang nista 

Bukan tanganku yang meminta 

Kala noda dilempar ke arahku 

Kala prahara datang menyerbu 

Entah nasib, entah takdir yang kuasa

Menjerit aku pada tepi-tepi 

Teriak ratap menuntut bela

Namun tatap jalang terus merayapi 

Lekuk tubuhku manis gula-gula 

Perempuan sundal tersemat penuh celah

Aku adalah sundal dan mereka bahagia menudingku

Perempuan bermahkota nista 

Karena Yura tak bertaring, tak berkuku

Adalah aku, perempuan penimang api 

Menatap ragu di bawah cakrawala 

Sebagai warga, aku tanpa jati diri 

Terbuang dari kumpulan para candala 

Tarik nafas sesak dari bawah bentala

Sum Kuning, itu namaku 

Terbaring dalam peti lalu membeku 

Menampi adil yang tak kunjung tiba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun