Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Long Distance Relationship

11 Desember 2018   17:17 Diperbarui: 11 Desember 2018   17:23 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam semakin larut tapi Anin masih menunggu telepon dari Seto, meski dia tahu mungkin penantiannya sia-sia. Perempuan itu menatap laptop di hadapannya, dia mengisi waktu menunggu dengan mengetik artikel parenting yang sedianya akan dikirim untuk mengisi kolom keluarga Surat Kabar edisi Minggu pertama nanti. Beberapa kali Anin menguap tapi telepon seluler di sampingnya tidak juga berbunyi, akhirnya dia menyerah. Setelah menyimpan file artikel yang baru saja diketik, dia menyimpan laptopnya dan mematikan lampu kemudian tidur.

***

Sayang, tulis Seto pada percakapan WhatsApp pagi harinya. Anin membalas dengan mengucapkan selamat pagi kemudian berpamitan mandi karena sebentar lagi dia akan meeting dengan rekanan EO, tempatnya bekerja.

 Anin dan Seto bertemu sekitar lima bulan lalu, tak lama setelah itu keakraban terjalin dan mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Hubungan mereka tidak selalu mulus, sesekali diwarnai perdebatan panjang mengenai suatu hal. Keduanya sama-sama pencemburu dan mengungkapkan dengan gayanya masing-masing. Apalagi mereka berdua tidak tinggal dalam satu kota, hingga kadang salah paham memicu konflik. Tapi keduanya memilih saling memaafkan demi menjaga hubungan mereka.

***

Setelah makan siang Seto menelpon Anin sambil melakukan aktivitasnya sebagai pemilik toko souvenir sekaligus pabrik pembuatan craft di Badung, Bali.

Sementara Aninpun juga melakukan kegiatannya seperti biasa.

"Maaf, Ya! semalam aku tidak bisa menelponmu lagi!" ucap Seto pada kekasihnya.

Anin meletakkan pulpen yang dipegangnya kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi yang didudukinya.

Perempuan itu menarik panjang nafasnya dan bertanya,"Kenapa? aku menunggumu sampai tertidur."

" Indah menelponku dan memaksaku untuk tidak mematikan telepon sampai mati sendiri. Sepertinya dia merasakan ada kamu di hati aku."

"Oh, " sahut Anin, "iya nggak papa, aku paham."

Kembali Anin menghela nafas panjang, Dia sadar hubungannya dengan Seto adalah hubungan terlarang. Sebuah ikatan yang hanya bagai bunga tidur, tidak mungkin menjadi kenyataan. Selain terpisah kota, status keduanya pun terikat pada pasangan masing-masing. Indah istri Seto lebih berhak memiliki lelaki itu. Begitupun sebaliknya, dirinya sah menjadi milik Bramantyo, suaminya.

"I love you, Sayangku, " kata Seto perlahan

"Me too!' jawab Anin.

#poeds 041018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun