Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Sekar] Aku Tahu yang Kau Lakukan

28 Oktober 2017   21:24 Diperbarui: 28 Oktober 2017   22:26 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rina pulang seusai acara tahlil, di tangannya dia membawa kresek berisi nasi berkat. Sudah seharian dia meninggalkan Sekar anaknya, mungkin dia sudah tidur karena kelelahan bermain. Rina membuka pintu perlahan supaya tidak membangunkan Sekar. Rumah gelap gulita, rupanya Sekar tidur dari sore hingga tidak menyalakan lampu. Tapi waktu dia melewati kamar Sekar, Rina mendengar suara orang sedang berbincang di dalam gelap. Rasa penasaran membuatnya mengintip, dan apa yang dilihatnya membuat kakinya lemas.

Di dalam kamar Sekar tampak memainkan sebiah pisau tembaga, pisau itu milik Ardi suaminya yang sudah lama hilang.

"Bapak, pak Lurah sudah mati! Berarti Bapak bisa pergi dengan tenang, nggak penasaran lagi. Semua sudah mati Pak. Pak Jagabaya, juragan Lewung, Kerto bangsat, bajingan Tardi, Suko bakul tembakau, pakdhe Nur dan pak Lurah. Yang menyetrum Bapak tiga belas tahun lalu di sawah semua sudah mati di tanganku. Pisaumu, Pak yang membantu aku. Mereka yang merampas harta orang miskin seperti kita sudah lenyap! Mereka yang pura-pura jadi orang baik sudah aku telanjangi kemunafikannya. Pergilah dengan tenang Pak! Semua sudah selesai!" ceracau Sekar.

"Sekar!!" teriak Rina memanggil anaknya, dadanya berdebar kencang. Tangannya memencet tombol lampu, dan saat cahaya lampu menimoa wajah Sekar, Rina makin tertegun. Mata Sekar yang selama tiga belas tahun redup, menyala seperti mata kucing lapar

"Mak!" kata Sekar sambil mendekati Rina dan tersenyum memainkan pisau di tangannya. "kaget,Mak? Aku Sekar anakmu yang kau khianati. Aku memang diam Mak, tapi aku tidak bodoh. Tiga belas tahun laku Emak membantu mereka membunuh Bapak. Dan setiap malam salah satu dari mereka meniduri Emak. Tiga belas tahun cukup untuk aku berdiam diri dan sekarang waktunya aku balas dendam!" kata Sekar dan menancapkan pisau tembaga itu tepat di jantung emaknya.

Darah mengalir ke pergelangan tangan Sekar, segera dia mencabut pisau dan meninggalkan emaknya menggelepar di lantai. Sekar menjilat darah yang menempel di pisau itu dan tertawa terbahak-bahak seakan puas dengan yang baru saja dilakukannya.

#poeds 300916

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun