Rina pulang seusai acara tahlil, di tangannya dia membawa kresek berisi nasi berkat. Sudah seharian dia meninggalkan Sekar anaknya, mungkin dia sudah tidur karena kelelahan bermain. Rina membuka pintu perlahan supaya tidak membangunkan Sekar. Rumah gelap gulita, rupanya Sekar tidur dari sore hingga tidak menyalakan lampu. Tapi waktu dia melewati kamar Sekar, Rina mendengar suara orang sedang berbincang di dalam gelap. Rasa penasaran membuatnya mengintip, dan apa yang dilihatnya membuat kakinya lemas.
Di dalam kamar Sekar tampak memainkan sebiah pisau tembaga, pisau itu milik Ardi suaminya yang sudah lama hilang.
"Bapak, pak Lurah sudah mati! Berarti Bapak bisa pergi dengan tenang, nggak penasaran lagi. Semua sudah mati Pak. Pak Jagabaya, juragan Lewung, Kerto bangsat, bajingan Tardi, Suko bakul tembakau, pakdhe Nur dan pak Lurah. Yang menyetrum Bapak tiga belas tahun lalu di sawah semua sudah mati di tanganku. Pisaumu, Pak yang membantu aku. Mereka yang merampas harta orang miskin seperti kita sudah lenyap! Mereka yang pura-pura jadi orang baik sudah aku telanjangi kemunafikannya. Pergilah dengan tenang Pak! Semua sudah selesai!" ceracau Sekar.
"Sekar!!" teriak Rina memanggil anaknya, dadanya berdebar kencang. Tangannya memencet tombol lampu, dan saat cahaya lampu menimoa wajah Sekar, Rina makin tertegun. Mata Sekar yang selama tiga belas tahun redup, menyala seperti mata kucing lapar
"Mak!" kata Sekar sambil mendekati Rina dan tersenyum memainkan pisau di tangannya. "kaget,Mak? Aku Sekar anakmu yang kau khianati. Aku memang diam Mak, tapi aku tidak bodoh. Tiga belas tahun laku Emak membantu mereka membunuh Bapak. Dan setiap malam salah satu dari mereka meniduri Emak. Tiga belas tahun cukup untuk aku berdiam diri dan sekarang waktunya aku balas dendam!" kata Sekar dan menancapkan pisau tembaga itu tepat di jantung emaknya.
Darah mengalir ke pergelangan tangan Sekar, segera dia mencabut pisau dan meninggalkan emaknya menggelepar di lantai. Sekar menjilat darah yang menempel di pisau itu dan tertawa terbahak-bahak seakan puas dengan yang baru saja dilakukannya.
#poeds 300916
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H