Langkahku meninggalkan gedung fakultas psikologi, perlahan kubuka kertas yang berisi alamat Tyas. Nanar mataku menatap tulisan di atas kertas itu, alamat yang dituliskan adalah alamat daerah dimana aku tinggal hanya nomer rumahnya berbeda. Bergegas aku memanggil ojek dan memutuskan pulang.
***
Aku mengetuk pintu rumah Tyas, dan menemui seorang perempuan setengah baya. Dia mempersilahkan aku masuk, memberikanku segelas air putih kemudian masuk ke dalam rumah. Sekeluarnya, dia membawa sebuah album foto yang disodorkan padaku.
"Wajahmu sama persis dengan mas Yudha pacar non Tyas. Dia yang menyebabkan non Tyas mengambil jalan pintas dengan menggantungkan dirinya di kamar mandi saat itu. Non Tyas hamil dan menyebabkan Bapak marah besar. Sedang mas Yudha tidak mau bertanggung jawab dengan kehamilannya. Non Tyas mengurung diri di kamar samai suatu pagi dia ditemukan meninggal di kamar mandi. Mon Tyas suka sekali hujan, setiap hujan tiba dia selalu bermain air hujan sampai di jalanan dean rumah. Dan kadang aku masih melihatnya di tengah hujan, seperti kemaren." kata mbak Asih, perempuan setengah baya itu.
Aku mendengarkan penjelasan mbak Asih dengan seksama sambil membalik-balik album foto. Di lembar ketiga aku menemukan seraut wajah yang sangat kukenal. Wajah perempuan yang kulihat dari balik jendela kamarku. "Itu non Tyas!" kata mbak Asih. Mataku terasa panas dan langit terasa gelap menimpa tubuhku.
#poeds 211016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI