Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah alergi. Alergi itu sendiri bentuknya bisa beragam, dari yang paling ringan hingga berat yang bisa mengancam nyawa. Namun, apakah itu alergi? Alergi merupakan hasil dari respon imun tubuh terhadap suatu zat asing. Alergi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai usia, ras dan gender dan umumnya terjadi pada anak-anak. Tetapi, kemunculan alergi tidak dapat dipastikan kapan, sebab dapat menyerang siapa saja dan kapan saja. Jadi, bisa jadi alergi itu muncul saat bayi, anak-anak, dewasa, lansia atau bahkan setelah berhenti beberapa tahun, dilansir laman Johns Hopkins Medicine.
Prinsip kerja imun tubuh bereaksi terhadap zat asing yang membahayakan tubuh, seperti virus, bakteri dan sebagainya. Pada seseorang yang memiliki riwayat alergi, imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya seperti debu, serbuk sari dan zat-zat lainnya dengan memproduksi antibodi. Sehingga, muncullah respon tubuh seperti bersin, kulit gatal-gatal, hidung berlendir dan gejala lainnya. Bagi masyarakat umum, reaksi alergi pada kulit adalah hal biasa. Namun, tahukah bahwa respon alergi dapat juga muncul di area tubuh lainnya selain kulit dari rimgan hingga berat dan bagaimana reaksinya? Lima diantaranya :
1. Alergi mata atau konjungtivitis alergi umum terjadi dan tak berbahaya
Pernahkah kamu meminum obat-obatan tertentu, atau terekspos dengan debu, kotoran, serbuk sari, bulu hewan, lalu tiba-tiba mata menjadi merah dan bengkak? Bisa jadi yang kamu alami merupakan reaksi alergi. Umumnya, tidak terlalu mengkhawatirkan sebab sebagai pertolongan pertama, kamu cukup mengompresnya dengan air dingin. Namun, kamu juga perlu memastikan akar penyebabnya dengan berkonsultasi pada dokter, sebab belum tentu penyebabnya sesuai dengan perkiraanmu.
Pada kasus yang lebih serius, reaksi alergi pada mata tak hanya kemerahan dan bengkak, tapi bisa berkembang menjadi gatal, berair, penglihatan terganggu, panas dan sensitif terhadap cahaya. Itulah sebabnya, kamu harus memeriksa mata ke dokter, karena pada beberapa kasus alergi pada mata tidak hanya akibat mata terekspos kotoran, debu, bulu binatang, tetapi terpicu alergi lainnya. Misalnya, alergi pada hidung atau alergi kulit seperti eksim, dilansir laman WebMD.
Hindari menggosok mata, sebab menggosok menyebabkan sel mast, yaitu sel residen jaringan ikat yang mengandung banyak butiran histamin dan dan heparin, melepaskan lebih banyak bahan kimia penyebab gatal. Masih dari laporan yang sama, hal lainnya yang dapat kamu lakukan, diantaranya:
Jangan memakai lensa kontak
Jangan memakai riasan mata
- kompres dingin mata
Jangan gunakan obat tetes mata bebas pengawet untuk menghilangkan alergen dari mata
- Sering-seringlah mencuci tangan
2. Terdengar Aneh, tapi Alergi Juga bisa Menyebabkan Nyeri Sendi
Pada negara 4 musim, musim semi biasanya terdapat banyak serbuk sari musiman yang terbawa angin. Serbuk sari yang terbang bersama angin bisa terhirup ke hidung dan tenggorokan, lalu memicu gejala asma. Mungkin tidak asing lagi jika kamu mendengar alergi asma, tapi apakah kamu juga tahu bahwa reaksi alergi musiman seperti ini juga dapat berupa nyeri sendi?
Dilansir laman resmi Redwood Orthopaedic Surgery Associates, alergi musiman dapat menyebabkan nyeri punggung, leher, dan sendi. Pasalnya, alergi menyebabkan peradangan atau inflamasi yang disebabkan oleh upaya tubuh menghilangkan alergen, zat penyebab alergi. Disamping itu, upaya tubuh melawan alergen juga menyebabkan tubuh mudah lelah, yang kemudian memperburuk nyeri sendi. Gejala Bersin, batuk, dan mengi saat musim semi juga menyebabkan nyeri otot dan persendian.
3. Reaksi alergi pada usus dan lambung bisa terjadi setelah seseorang mengkonsumsi makanan
Umumnya, reaksi alergi terjadi pada kulit atau bisa berupa asma. Namun, tahukah kamu bahwa reaksi alergi juga bisa terjadi pada usus dan lambung dan umumnya ini terjadi setelah seseorang mengkonsumsi makanan tertentu.
Orang sering salah kaprah antara intoleransi makanan dan alergi makanan, sebab keduanya sering terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu. Perbedaan diantara keduanya terletak pada imun, yaitu alergi makanan melibatkan imun tubuh, sementara intoleransi makanan tidak melibatkan imun tubuh.
Gastroenteritis, merupakan salah satu contoh reaksi alergi makanan yang menyebabkan inflamasi atau peradangan pada lapisan usus. Gejalanya antara lain: diare, sakit perut, muntah, sakit kepala, kram perut, nyeri otot, demam, menggigil, dan lain sebaginya dan jika terus berlangsung lama akan menyebabkan dehidrasi.
Jadi, penyebab Gastroenteritis reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Umumnya, protein yang terkandung dalam makanan dianggap sebagai zat asing yang membahayakan oleh sistem imun tubuh. Makanan yang paling umum menyebabkan reaksi alergi, misalnya kerang, kacang dan ikan. Sementara itu, alergi makanan pada anak, paling umum dipicu oleh kacang tanah, telur, susu, gandum, atau kedelai. Seseorang akan beresiko tinggi mengalami alergi makanan jika keluarga memiliki riwayat alergi makanan, asma atau jenis alergi lainnya, dilansir laman Coastal Allergy and Asthma.
4. Reaksi alergi bisa menyebabkan pelebaran pembuluh darah
Dilansir laman Mayo Clinic, persentase alergi makanan pada anak-anak dibawah usia 5 tahun diperkirakan sekitar 8% dan dewasa 4%. Juga, alergi makanan pada beberapa anak akan terus tumbuh hingga ia dewasa. Reaksi yang timbul dari alergi makanan biasanya berlangsung beberapa menit hingga dua jam setelah makan. Jarang- jarang reaksinya muncul beberapa jam setelah makan. Juga, reaksi yang timbul dari alergi makanan seringkali ringan. Namun, pada beberapa kasus, alergi makanan bisa sampai mengancam nyawa.
Pada kasus yang mengancam nyawa, reaksi alergi makanan bisa menyebabkan pelebaran dan kebocoran pembuluh darah yang menyebabkan penurunan tekanan darah secara cepat sehingga tubuh menjadi kekurangan oksigen. Hal ini merupakan ciri khas syok anafilaksis pada manusia. Pasalnya, imun sel yang disebut sel mast yang dapat ditemukan di dekat pembuluh darah dan saraf di berbagai jaringan tubuh memicu respons seluruh tubuh ketika terkena alergen tertentu yang memicu pelepasan histamin dan zat lain yang kemudian menyebabkan pelebaran dan kebocoran pembuluh darah, dalam jurnal National Institute of Health tahun 2023 berjudul “Unexpected role for the nervous system in anaphylaxis.”
Penelitian lebih lanjut, masih dalam laporan yang sama, mengungkapkan bahwa selama anafilaksis, sel mast melepaskan enzim chymase, yang berinteraksi dengan protein TRPV1. Interaksi ini memicu matinya sel-sel lemak coklat, yaitu lemak yang berfungsi memecah gula darah (glukosa) dan molekul lemak untuk menghasilkan panas dan menjaga suhu tubuh agar tetap hangat tidak menggigil. Kematian sel-sel lemak coklat selama anafilaksis menyebabkan penurunan suhu tubuh secara cepat.
5. Reaksi alergi ringan bisa berdampak pada oral
Reaksi alergi makanan yang lebih ringan daripada anafilaksis, misalnya sindrom alergi oral, yaitu suatu bentuk reaksi alergi yang terjadi setelah makan sayur dan buah tertentu, khususnya yang mentah. Reaksi sindrom alergi oral biasanya mengakibatkan gatal dan bengkak pada lidah, mulut, bibir dan tenggorokan karena peradangan pada lapisan dalam hidung yang dipicu oleh zat alergen.
Begitupun rhinitis alergi, muncul karena peradangan pada lapisan dalam hidung yang dipicu oleh zat alergen. Rhinitis alergi umumnya dipicu oleh serbuk sari yang banyak berterbangan di udara pada musim tertentu. Tapi, tak menutup kemungkinan dipicu oleh hal lainnya seperti debu atau bulu hewan. Dilansir Medicalnewstoday, sindrom alergi oral terkait dengan rhinitis alergi, yaitu alergi musiman yang umumnya terjadi setelah seseorang terpapar serbuk sari pada musim tertentu. Namun, sindrom alergi oral bukan alergi musiman. Protein yang ditemukan pada beberapa buah dan sayuran sangat mirip dengan yang ditemukan pada serbuk sari yang terkait dengan rhinitis alergi sehingga membingungkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan reaktivitas silang berupa sindrom alergi oral. Tidak heran, beberapa gejala sindrom alergi oral dan rhinitis alergi ada kesamaan.
Sebab kemunculan alergi bisa berulang kapan saja, maka cara terbaik yang dapat dilakukan adalah upaya pencegahan. Kamu tak bisa mengontrol serbuk sari, debu, bulu hewan, yang berterbangan di udara, tapi kamu bisa menguranginya dengan menggunakan filter udara dalam rumah, memberi hewan peliharaan tempat terpisah darimu, mandi setelah bepergian dan sebelum naik kasur.
Dilansir Dedicated Senior Medical Center, menjaga tubuh tetap fit juga bisa diupayakan untuk pencegahan, seperti banyak minum air putih supaya tubuh tetap terhidrasi, sebab histamin, zat penyebab alergi, akan diproduksi tubuh lebih banyak saat kamu dehidrasi. Konsumsi makanan kaya vitamin c dan antioksidan supaya sistem imun tubuh tetap baik.
sumber gambar:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H