pada era 2000-an, komedi sendiri mulai bergeser dalam konsep kemasannya. Sinetron komedi atau yang bisa disebut SitKom mulai banyak digemari orang karena punya alur cerita yang menyegarkan.Â
SitKom Bajaj Bajuri salah satu pelopornya. SitKom sendiri bertemakan kehidupan sosial disuatu daerah dengan plot twist yang cukup digemari.Â
Dari munculnya SitKom Bajaj Bajuri, banyak SitKom mulai bermunculan. Sebagai contoh Tuyul & Mbak Yul, Suami-suami Takut istri, dan masih banyak lagi. Komedi dengan genre ini juga masih bertahan sampai sekarang.
Pada tahun 2010 sampai sekarang, Stand Up Comedy menjadi hits. Komedi ini sifatnya monolog dan roasting. Roasting sendiri bisa diartikan sebagai sebuah ejekan, namun kita harus membanggakan sesuatu diwaktu yang sama. Istilahnya tarik ulur.
Banyak komedian yang besar dari Stand Up Comedy. Sebagai contoh Pandji Pragiwaksono yang sering membahas isu-isu SARA, Boris Bokir yang sering membahas kehidupan orang Batak, dan banyak lagi.Â
Dari komedi-komedi tersebut, kita dapat sesuatu hal yang menarik. Bagi penulis, menjadi komedian adalah sesuatu hal yang sulit.Â
Bagaimana tidak? Komedian harus berpikir agar pendengar bisa tertawa. Berbeda dengan musik. Musik jika didengarkan terus menerus masih tetap banyak disukai. Sedangkan komedi hanya mengandalkan sebuah moment agar bisa terdengar lucu.Â
Namun beberapa dari mereka juga mengalami kasus-kasus yang mungkin sebagian orang menganggap itu receh. Bahkan sampai berhadapan dengan hukum.Â
Ada faktor-faktor tertentu dalam kasus mereka. Yaitu tersinggung. Dari kata itu, komedi yang bertujuan untuk membuat orang lain tertawa justru berhadapan dengan hukum.Â
Kita ambil contoh kasus Pandji Pragiwaksono. Ia sering membahas isu-isu SARA, anarkisme, dan beberapa hal sarkasme. Namun Ia justru dilaporkan ke pihak berwenang dengan kasus kucing.Â