Rekonstruksi kebudayaan itu membentuk suatu pola yang tidak bisa dilupakan, artinya kebiasan tradisional menjadi acuan untuk mengembangkan kebudayaan modern.
Konsep Tentang Yang Insani
Yang insani atau manusia dalam Budaya Rongga memiliki konsep berlawanan dengan Yang Iilahi. Jika Yang Ilahi itu kuat, maka Yang insani itu lemah dan selalu membutuhkan sosok Yang Ilahi. Di samping itu dalam kehidupan harian Budaya rongga adalah budaya yang sangat patriakal, karenanya dalam memahami manusia ada pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki memiliki peran yang cukup besar dalam kehidupan masyrakat. Laki-laki memiliki peran penting dalam ritual dan kehidupan harian. Sedangkan perempuan hanya memiliki peran sebagai pribadi yang berada di dapur. Hal ini tidak terlepas dari konsep budaya patriakal.
Perempuan memiliki peran sebagai pemasak di dapur. Konsep ini pada akhirnya mempengaruhi pembagian harta warisan keluarga. Biasanya perempuan tidak mendapat warisan tanah dari orang tua. Perempuan juga akan meninggalkan keluarga dan pergi ke rumah suami yang telah meminangnya.
Konsep Tentang Alam Semesta
Alam semesta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Alam semesta menjadi bagian yang memberikan dampak penting untuk kehidupan manusia. Dalam hidup harian, orang Rongga memahami alam semesta memiliki kekuatan gaib.
Hal ini tidak terlepas dari keyakinan bahwa pohon-pohon besar dan hutan-hutan yang lebat memiliki kekuatan dan aspek sakralnya. Kesakralan ini tampak dalam usaha menghargai alam melalui ritual sesajian yang dilaksanakan di sumber air (mata wae), hutan besar (kala mezhe) dan di batu-batu besar (watu mezhe). Ada satu ritual untuk menghormati mata air dan dilaksanakan secara rutin setiap tahun, ada ritual untuk menghormati hutan lebat yang disebut dengan tradisi renda leke.
Renda leke adalah ritual untuk memberi sesajian di hutan lebat. Hal ini juga dilaksanakan setiap tahun. Selain itu hewan-hewan juga diyakini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Ayam, babi, kerbau, anjing dan sapi adalah jenis piaraan yang memiliki fungsi besar dalam hidup orang Rongga.
Ayam biasanya menjadi hewan yang dikurbankan setiap ada ritual dalam budaya Rongga. Ritual sekecil apapun pasti akan selalu membutuhkan ayam dan tua (sopi) sebagai sarana perantara menuju Yang Ilahi disamping doa-doa yang diucapkan oleh tua adat.
Ada satu ritual untuk menghormati mata air dan dilaksanakan secara rutin setiap tahun, ada ritual untuk menghormati hutan lebat yang disebut dengan tradisi renda leke. Renda leke adalah ritual untuk memberi sesajian di hutan lebat. Hal ini juga dilaksanakan setiap tahun.