Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misa Online: Wajah Kerahiman Gereja Saat Pandemi

11 September 2021   19:50 Diperbarui: 11 September 2021   19:51 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Misa Online 11 September 2021, Youtube Komsos KAS

Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan setiap pribadi selalu berada dalam lingkaran relasi dengan orang lain. Gereja Katolik dalam ajaran dan praktik hidup rohaninya sangat menekankan aspek perjumpaan. Banyak kegiatan dalam Gereja melibatkan kerumunan (baca: perjumpaan) orang, ada dalam relasi komunal. Pada saat orang merayakan Ekaristi misalnya, di sana terjadi perjumpaan antara umat dengan umat; antara umat dengan Tuhan. Ada perjumpaan horisontal dan vertikal. Masih banyak lagi kegiatan gereja yang melibatkan banyak orang (misalnya katekese, pembinaan iman, dll), artinya di berbagai kegiatan gerejani tersebut terjadi perjumpaan langsung.

Sejak pandemi Covid-19 pertemuan (perjumpaan) masal dalam kegiatan masyrakat umum dan gereja khususnya dibatasi dan bahkan ditiadakan demi menghindari penyebaran dan penularan wabah covid-19. Pandemi Covid-19 telah meruntuhkan kebiasaan perjumpaan. Umat yang pada umumnya selalu berkumpul bersama di gereja untuk merayakan Ekaristi, terpaksa harus menghentikan kegiatan rohani tersebut. Sebagai institusi yang berada dalam lingkup dan tanggung jawab negara, Gereja tentu mengikuti anjuran yang diputuskan oleh negara. Ada hubungan antara gereja sebagai institusi dengan negara yang mengayomi institusi tersebut. Gereja di Indonesia memutuskan untuk tidak merayakan perayaan Ekaristi secara langsung di Gereja tetapi secara online, sebagaimana anjuran pemerintah untuk membatasi perkumpulan dan pertemuan massal. Pertanyaannya apakah ini salah satu bentuk solidaritas Gereja?

Perayaan Misa Live Streaming


Kevin Kelly, dalam artikel Eucharist and Violence,[1] mengartikan Ekaristi sebagai sakramen persatuan yang menunjukkan kesatuan umat kristiani dalam satu tubuh Kristus dan tanda persatuan seluruh keluarga umat beriman. Konstitusi Suci tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium[2] artikel 10 mendefinisikan perayan Ekaristi sebagai puncak dan sumber (fons et culmen) kehidupan Gereja. Dalam Sacrosanctum Concilium artikel 48 sangat ditekankan tindakan partisipatif umat beriman dalam perayaan ekaristi. Pandemi covid-19 yang mengharuskan pembatasan sosial skala besar membuat Gereja memikirkan bagaiman partisipasi ini tetap berlangsung, agar umat Allah bisa tetap berpartisipasi di tengah wabah covid-19. Gereja memutuskan untuk merayakan Ekaristi secara live streaming. Mgr. Rubyatmoko melalui Youtube[3], menjelaskan bahwa secara teologi dan liturgi misa streaming dan misa secara langsung di Gereja berbeda, tetapi memiliki nilai yang sangat mendalam. Misa streaming diadakan karena kerinduan atau keinginan umat untuk menyambut santapan Sabda dan santapan Tubuh Tuhan. Walaupun di tengah pandemi covid 19, hanya melalui komunio spiritual, tetapi kerinduan umat untuk berjumpa dengan Tuhan bisa terpenuhi.

Misa live streaming diadakan juga sebagai cara Gereja untuk bersolider dengan umat manusia. Artinya dengan diadakan misa live streaming Gereja turut bekerja sama untuk memberi tanggung jawab moral pada kemanusiaan. Dalam konteks pandemi, Gereja memutuskan mata rantai penyebaran virus dengan tidak mengadakan pertemuan-pertemuan yang melibatkan banyak orang. Saya menilai ini  adalah komitmen nyata Gereja terhadap kebaikan dan keselamatan bersama; bentuk solidaritas Gereja, tanggung jawab Gereja. Perayaan Ekaristi akan menjadi nir makna jika tidak berefek pada praksis hidup baik semua orang (bonum commune).

Misa live streaming dan pengaruhnya pada hidup umat beriman

Secara paradoks pandemi Covid-19 bisa menjadi sebuah rahmat dan anugerah bagi umat beriman. Bukan berarti saya, meremehkan kengerian pandemi yang telah memakan jutaan korban. Pandemi ini bisa menjadi acuan untuk memperbaiki apa yang salah dan bagaimana menerapkan hidup yang lebih baik. Ketergerakan Gereja  untuk bertindak bisa menjadi momen penebusan bagi panggilan kemanusiaan kita. Saya melihat misa online sebagai gerakan solider Gereja.

Iman umat akan semakin berakar dan menjadi semakin berbuah apabila ada kesadaran akan kehadiran Tuhan. Hal ini senada dengan pernyataan Paus Fransiskus, Life after pandemi 'iman bertumbuh ketika ada kesadaran bahwa kita membutuhkan keselamatan' (faith begins when we realize we are in need of salvation).[4] Iman umat semakin teguh dan kokoh di tengah situasi pandemi apabila ada habitus untuk berkanjang dalam doa. Wabah membuat umat semakin teguh dalam doa. Doa menjadi sebuah harapan yang kokoh apalagi ketika harapan tersebut serasa sulit untuk dicapai. Pada saat merayakan Adorasi 27 Maret 2020, Paus Fransiskus menegaskan bahwa 'doa berarti mendengarkan dan membiarkan diri diliputi pengalaman hidup, mengakui bahwa kita membutuhkan Tuhan, merenungkan Tubuh Tuhan dan melaksanakan apa yang telah dilaksanakan-Nya. Doa juga berarti belajar dari Yesus untuk menerima penderitaan dan mengikutinya dalam jalan penderitaan dan belajar dari Maria yang selalu rendah hati'.

Misa live streaming: solidaritas Gereja di tengah wabah Covid-19

Setiap orang yang merayakan Ekaristi adalah mereka yang hidup di dalam realitas dunia yang kompleks. Perayaan Ekaristi selalu ditempatkan dalam konteks dan situasi. Konon ketika Jemaat Perdana tidak bisa merayakan perjamuan, mereka melaksanakanya secara sembunyi-sembunyi. Seiring perkembangan zaman, dunia yang tidak pernah menetap pada situasi, masa, atau kehidupan tertentu, melainkan selalu pada proses perubahan yang memiliki konsekuensi tetap, yaitu baik atau buruk, merugikan atau menguntungkan. Sehingga benar adanya bahwa Perayaan Ekaristi sangat perlu untuk ditempatkan di dalam situasi real bagi mereka yang merayakannya. Artinya ada pertimbangan sosial yang ditekankan dalam Perayaan Ekaristi tersebut. Dengan mempertimbangkan situasi atau konteks di mana Perayaan Ekaristi diadakan, secara tidak langsung telah menampakkan suatu wajah kepekaan terhadap hidup manusia itu sendiri, dan ini adalah wajah solidaritas.

Secara antropologis prinsip solidaritas mencakup keyakinan setiap pribadi membutuhkan sesama (homo homini socius) dan setiap pribadi bertanggung jawab dengan perkembangan diri dan hidup bersama.[5] Solidaritas merupakan panggilan setiap orang untuk mewujudkan tanggung jawab sosial dan mengembangkan hidup bersama secara manusiawai dan menyeluruh. Di saat pandemi seperti sekarang ini, solidaritas menjadi hal yang harus ditekankan dalam praksis hidup bersama. Artinya bukan hanya sederetan pemimpin seperti pemimpin negara, agama, para tenaga medis dan para peneliti di bidang kesehatan, tetapi ini menjadi tanggung jawab setiap pribadi. Tanggung jawab pribadi bukan berarti terlepas dari tujuan yang sama, karena setiap pribadi adalah makhluk sosial yang memiliki martabat yang sama.

Ajaran Sosial Gereja yang termuat dalam dokumen Konsili Vatikan II dan khususnya dalam Gaudium et Spes artikel 1 'kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga'. Pernyataan ini menegaskan pentingnya solidaritas warga Gereja dalam membangun dan mengawal perkembangan hidup bersama. Solidaritas itu berpangkal dari penghayatan dan komitmen iman untuk menanggapi dan mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah konkrit hidup manusia demi perkembangan hidup bersama. Solidaritas berhubungan erat dengan perjuangan membela martabat hidup manusia dan perwujudan penyelamatan Allah dalam dunia dalam hidup bersama. Jadi, Perayaan Ekaristi live streaming adalah salah satu bentuk solidaritas Gereja demi membangun hidup bersama dalam pluralitas masyrakat.

Solider?

Dok. Misa Online 11 September 2021, Youtube Komsos KAS
Dok. Misa Online 11 September 2021, Youtube Komsos KAS
Allah yang bersolider dengan umat-Nya, dengan cara-Nya sendiri yakni sengsara, wafat dan bangkit, juga mengajak para pengikut-Nya untuk melakukan hal yang sama terhadap sesama bahkan kepada mereka yang tidak mengenal Kristus. Panggilan untuk bersolider diejahwantahkan oleh Gereja Katolik di tengah pandemi ini. Solidaritas bukan hanya dengan sesama manusia (antroposentris). Pandemi mengajarkan manusia banyak hal, salah satunya juga untuk lebih perhatian kepada ibunda bumi, semesta dan sesama yang lain. Paus Fransiskus menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat manusia. Sebagai makhluk yang berada dalam relasi dengan bumi 'kita telah gagal dalam mempertanggungjawabkan tugas sebagai penjaga dan pelayan bumi' Gejolak yang mestinya ada dalam diri kita saat ini adalah menjadi sandaran bagi sesama, (diri sendiri, sesama dan alam)  dengan peduli dan bertanggungjawab. Kepedulian atau solider diartikan dengan ketaatan kita pada anjuran pemerintah. Gerejatelah menanggapi panggilan solidaritas ini secara massal dengan mengadakan perayaan misa online, terlepas dari tindakan solider secara kelompok dan personal.

Daftar Pustaka

Kevin Kelly, dalam artikel Eucharist and Violence, (The Furrow, Vol. 56, No. 1 Jan, 2005), hal. 25

Dokumen konsili Vatikan II, Sacrosanctum Concilium, terj. R. Hardawiryana, Jakarta: Obor, 1993, Art. 10, hal. 7

Mgr Robertus Rubiyatmoko, Misa kok streaming #3, 1 April 2020, Penjelasan lengkapnya dapat dilihat dalam link https://www.youtube.com/watch?v=Amuwqy2cLgw&t=397s

Pope Francis, Life After The Pandemic, Libreria Editrice Vaticana, 2020, hal. 21

Bandingkan dengan CB. Mulyatno, dalam Solidaritas Dan Perdamaian Dunia Dalam Solliccitudo Rei Socialis, JURNAL TEOLOGI, Volume 04, Nomor 02, November 2015, hal. 125

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun