Secara antropologis prinsip solidaritas mencakup keyakinan setiap pribadi membutuhkan sesama (homo homini socius) dan setiap pribadi bertanggung jawab dengan perkembangan diri dan hidup bersama.[5] Solidaritas merupakan panggilan setiap orang untuk mewujudkan tanggung jawab sosial dan mengembangkan hidup bersama secara manusiawai dan menyeluruh. Di saat pandemi seperti sekarang ini, solidaritas menjadi hal yang harus ditekankan dalam praksis hidup bersama. Artinya bukan hanya sederetan pemimpin seperti pemimpin negara, agama, para tenaga medis dan para peneliti di bidang kesehatan, tetapi ini menjadi tanggung jawab setiap pribadi. Tanggung jawab pribadi bukan berarti terlepas dari tujuan yang sama, karena setiap pribadi adalah makhluk sosial yang memiliki martabat yang sama.
Ajaran Sosial Gereja yang termuat dalam dokumen Konsili Vatikan II dan khususnya dalam Gaudium et Spes artikel 1 'kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga'. Pernyataan ini menegaskan pentingnya solidaritas warga Gereja dalam membangun dan mengawal perkembangan hidup bersama. Solidaritas itu berpangkal dari penghayatan dan komitmen iman untuk menanggapi dan mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah konkrit hidup manusia demi perkembangan hidup bersama. Solidaritas berhubungan erat dengan perjuangan membela martabat hidup manusia dan perwujudan penyelamatan Allah dalam dunia dalam hidup bersama. Jadi, Perayaan Ekaristi live streaming adalah salah satu bentuk solidaritas Gereja demi membangun hidup bersama dalam pluralitas masyrakat.
Solider?
Allah yang bersolider dengan umat-Nya, dengan cara-Nya sendiri yakni sengsara, wafat dan bangkit, juga mengajak para pengikut-Nya untuk melakukan hal yang sama terhadap sesama bahkan kepada mereka yang tidak mengenal Kristus. Panggilan untuk bersolider diejahwantahkan oleh Gereja Katolik di tengah pandemi ini. Solidaritas bukan hanya dengan sesama manusia (antroposentris). Pandemi mengajarkan manusia banyak hal, salah satunya juga untuk lebih perhatian kepada ibunda bumi, semesta dan sesama yang lain. Paus Fransiskus menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan umat manusia. Sebagai makhluk yang berada dalam relasi dengan bumi 'kita telah gagal dalam mempertanggungjawabkan tugas sebagai penjaga dan pelayan bumi' Gejolak yang mestinya ada dalam diri kita saat ini adalah menjadi sandaran bagi sesama, (diri sendiri, sesama dan alam) dengan peduli dan bertanggungjawab. Kepedulian atau solider diartikan dengan ketaatan kita pada anjuran pemerintah. Gerejatelah menanggapi panggilan solidaritas ini secara massal dengan mengadakan perayaan misa online, terlepas dari tindakan solider secara kelompok dan personal.
Daftar Pustaka
Kevin Kelly, dalam artikel Eucharist and Violence, (The Furrow, Vol. 56, No. 1 Jan, 2005), hal. 25
Dokumen konsili Vatikan II, Sacrosanctum Concilium, terj. R. Hardawiryana, Jakarta: Obor, 1993, Art. 10, hal. 7
Mgr Robertus Rubiyatmoko, Misa kok streaming #3, 1 April 2020, Penjelasan lengkapnya dapat dilihat dalam link https://www.youtube.com/watch?v=Amuwqy2cLgw&t=397s
Pope Francis, Life After The Pandemic, Libreria Editrice Vaticana, 2020, hal. 21
Bandingkan dengan CB. Mulyatno, dalam Solidaritas Dan Perdamaian Dunia Dalam Solliccitudo Rei Socialis, JURNAL TEOLOGI, Volume 04, Nomor 02, November 2015, hal. 125
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H