Mohon tunggu...
Athea Sarastiani
Athea Sarastiani Mohon Tunggu... Polisi - Pekerja

pemerhati masalah ekonomi, sosial , budaya dan Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Growth From Bellow: Mengukur Peluang Perempuan dalam Politik

18 Februari 2021   17:55 Diperbarui: 19 Februari 2021   08:10 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Athea Sarastiani 

Strategi pengkaderan perempuan dari button up, sungguh merupakan cita-cita bagi seluruh partai peserta pemilu di setiap organisasi.

Saat partai memutuskan untuk mematuhi Undang Undang Pemiliu tentang kebijakan afirmasi tiga puluh persen perempuan ditambah dengan menyusul makin piawainya perempuan memainkan peran politiknya diranah akar rumput, maka partai akan menyodorkan nama kader perempuan untuk ikut dalam kesertaan pemilu dalam legislatf dan eksekutif menjadi sesuatu yang membanggakan bagi partai. 

Lebih dari itu, penerbitan kader adalah dasar strategi yang dianut semua partai, sejak digaungkan afirmasi menjadi bagian dalam undang-undang pemilu legislatif dan menjadi reaksi terhadap konsep etatis dalam pengkaderan partai.

Kita sama-sama sepakat, pembahasan peran perempuan dalam dunia politik saat ini telah menjadi proses yang menyeluruh, saat dunia telah masuki era globalisasi komunikasi, ekonomi dan budaya. Semakin hari semakin kencang kemapuan perempuan tampil di panggung politik serta terus tumbuh dan berkembang .

Proses Globalisasi 

Memahami globalisasi sebagai efek keterkaitan sistem antar-negara dalam bidang monoter, ekonomi, dan kebudayaan akibat yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khusus dibidang elektronik, transportasi, dan telekomunikasi. 

Sejatinya, dalam persepektif sejarah, globalisasi merupakan suatu revolusi damai diakhir abad 21 ini yang secara mendasar telah mengubah tatanan politik dan ekonomi yang kita warisi dari bagian awal abad ini.

Proses globalisasi ini berlangsung secara diam dan terus bergerak serta tidak dirasakan sebagai sesuatu ancaman yang harus dipikirkan dengan menyeluruh. Proses globalisasi mempersatukan berbagai bangsa menjadi satu komunitas besar dengan keuntungan timbal balik yang melibatkan berbagai bangsa .

Jika kita mengkaji dari segi teori, proses globalisasi memang berlainan dengan konsep dasar kenegaraan yang warisi sejak abad 17, contonya konsep kedaulatan. 

Dalam globalisasi, mau tidak mau, negara nasional harus bersedia melepas sebagian kedaulatan nasionalnya untuk menyatu dalam bidang monoter, ekonomi, dan kebudayaan dengan adanya: 

(1) mekanisme pasar yang kompetitif, 

(2) adanya lembaga internasional yang berfungsi sebagai badan supranasional yang melalui utusan-utusannya bersedia mengadakan perundingan ekonomi, monoter, kebudayaan yang sering kali keras, demi terbentuknya suatu tatanan bersama yang saling menguntungkan.

Perundingan antara-negara menjadi dinamika lalu lintas monoter, ekonomi, dan budaya menjadi sangat cepat dalam skala global. Lembaga-lembaga masyarakat mandiri juga makin tumbuh pesat dengan bantuan teknik manajemen mutakhir dan mengandalkan dukungan teknologi sumberdaya yang berkualitas. 

Kecenderungnya, saat di mana negara secara bersama-sama menyusun dasar suatu tatanan dunia yang lebih menguntungkan bagi bangsa dan negara. Negara pun perlu memberi peluang kepada warga negaranya untuk memanfaatkan peluang dan kesempatan yang lebih terbuka ini secara menyeluruh.

Manfaat Proses Globalisasi 

Memahami peran perempuan dalam keluarga, lingkungan, dan kehidupan sosialnya memerlukan kerja keras perempuan itu sendiri dalam pencapaian karyanya. 

Melalui globalisasi kesadaran membangun wawasan kebangsaan di kalangan perempuan dan memahami pentingnya peran perempuan dalam ketahanan keluarga, menjadi langkah berliku bagi perempuan, khususnya perempuan Indonesia.

Pada kenyataannya manfaat peluang dan kesempatan globalisasi tidak serta merta bisa diikuti, meskipun beberapa lembaga perempuan dengan sigap langsung memanfaat peluang besar ini dan berhasil meningkatkan taraf hidup kehidupan perempuan sampai pada pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya serta telah dilengkapi payung hukum yang kokoh .

Banyak negara yang masih melakukan penyesuaian dengan langkah-langkah perlindungan bagi perempuan agar dapat bersama-sama menikmati kemudahan yang ditawarkan tatanan baru dunia yang sedang terbentuk ini. Dan sebagian lagi masih ada negara yang sibuk dengan masalah integrasi nasional dalam negerinya.

Melihat fenomena ini, meski terlihat seperti paradoks, dapat ditelusuri dari data yang ada bahwa perempuan yang paling siap memanfaatkan proses globalisasi ini, maka dia adalah yang paling berhasil dalam menantapkan proses integrasi dikancah politik.

Dalam tatanan dunia baru yang terus tumbuh ini memerlukan langkah-langkah penyempurnaan kinerja di bidang politik dan pertahanan, karena mau tidak mau lembaga perempuan harus kembali merumuskan peranannya dalam konstitusi sebagai sebuah peluang di bidang ekonomi dan kebudayaan.

Pada bangsa dengan kadar perempuan yang memiliki nilai kapahaman intergrasinya telah mumpuni, mekanisme penyelesaian konflik organisasi perempuan dalam lingkungan internalnya akan berlangsung secara damai dan tumbuh serta berfungsi dengan baik. 

Apabila terkendali dengan baik, tidak jarang konflik dijadikan sebagai suatu proses sumber dinamika didalam organisasi perempuan itu sendiri.

Peluang Perempuan Politik

Dalam tahap awal, tidak dapat dihindari kualitas perempuan dalam lembaga atau organisasi menjadi amat berpengaruh, serta wawasan ideologis dari tokoh-tokoh arifmatif dan pendiri pergerakan perempuan yang dihinggapi oleh truma kebodohan, kemiskinan, dan tertindas menjadi pola yang sangat berpengaruh dalam perkembangan organisasi perempuan. 

Namun dampak baiknya bagi organisasi perempuan, hal ini akan menjadi proses integrasi organisasi dalam keterbukaan untuk memilah mana yang dapat diterapkan dan mana yang ditinggalkan. 

Hal trauma yang ada pada kelompok perempuan dijadikan momentum untuk memantapkan persatuan langkah demi penguatan perempuan dalam kancah politik .

Para pendiri bangsa yang hidup dalam kurun pra-globalisasi, telah memiliki visi ke depan dan membayangkan pentingnya peran perempuan pada suatu dunia yang merdeka, perdamaian abadi, dan keadilan sosial yang dimuat dalam alinea ke empat UUD 1945.

Dengan demikian kita memiliki pegangan yang sangat kokoh menghadapi tantangan, peluang, dan kesempatan yang terbuka dalam proses globalisasi ini termasuk bagi warganegara perempuannya.

Sistem perencanaan organisasi perempuan dalam membangun sumber dayanya yang bersifat button up dan telah dilatih, dididik, dan gembleng dari daerah pemenangan pemilihan diteruskan sampai ke tingkat nasional, semuanya menjadi satu kesatuan dari perencanaan sektoral yang berasal dari organisasi perempuan itu sendiri.

Pelaksanaan kebijakan ini bagi pengendali organisasi tidak mudah, khususnya karena terbatasnya sumber daya kader perempuan dengan kualitas yang diperlukan untuk melaksanakan tugas memenangkan daerah pemilihannya. 

Namun secara strategis kebijakan organisasi menjalankan buttom up secara konsisten dan melaksanakan strategi "growth from below" akan menjadi penguatan organisasi di masa mendatang.

Penutup 

Secara geografis kedudukan daerah pemilihan memiliki perbedaan yang cukup besar, banyak hal yang menjadi pemikiran pengendali organisasi perempuan.

  • Dari segi ekonomi beberapa daerah saling keterkaitan menyebabkan penyebaran penduduk yang tidak merata, sumber daya manusia yang secara relatif untuk didaya gunakan memacu pertumbuhan kemandirian perempuan menajdi hal yang perlu dipertimbangkan
  • Sistem pengkaderan perempuan secara desentralisasi menjadi pola yang sangat sesuai dengan adanya kemajuan teknologi dan memonitoring perkembangan kualitas perempuan di daerah
  • Potensi membangun sumber daya dengan melaksanakan pola growth from bellow, meski tidak serta merta dapat dicapai, namun hal ini dapat menciptakan strategi ketahanan organisasi di tahun-tahun mendatang.
  • Jika daerah telah berhasil membangun dan mengembangkan potensi perempuan berkualitas secara optimal, baik dari kekuatan kemandirian dan pengetahuan, maka jelas ketahahan dan potensi peluang perempuan dalam memasukin kancah poltik akan semakin kuat .
  • Jika kita memandang suatu proses globalisasi sebagai suatu peluang untuk memperlancar dan menunjang seluruh tugas penguatan perempuan demi meningkatkan ketahanan keluarganya dan lingkungan setempat, maka tugas organisasi perempuan dan pengendalinya untuk mengatur pertumbuhan kadernya sesuai dengan serapan dan kebutuhan afirmasi dalam dunia politik.

Demikian, semoga bermanfaat

Terima kasih

Athea Sarastiani currently works as a political worker and has been placed as an expert for the Indonesian House of Representatives members. She completed her Bachelor of Architecture and Master of Management degrees at Trisakti University. As a political worker, she started her movement for women's equality. She is participating in several women's and socio-cultural organizations to improve the quality of family resilience in the surrounding environment into daily life. Research on improving the quality of the elderly, women, and families is the focus of every thought

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun