Tahun ini, saya sudah memasukkan anak saya yang berumur 3 tahun ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebelum menemukan sekolah yang sesuai, saya melakukan survey ke berbagi sekolah di Kota Solo. Mungkin ada sekitar 5 sekolah yang saya datangi. Sengaja meninjau lokasi untuk melihat berbagai fasilitas dan sistem pengajaran yang diberikan.
Ternyata dalam proses mencari informasi tersebut, saya dibuat kaget oleh 3 sekolah diantaranya. Bagaiaman tidak, untuk memasukkan anak ke PAUD, orang tua dikenai uang pangkal atau istilah lainnya uang gedung atau uang pembangunan antara 7 hingga 10 juta.
Biaya tersebut, diluar biaya buku, fasilitas dan SPP bulanan. Untuk SPP bulanan saja  kurang lebih 500 ribu rupiah. Belum ditambah biaya makan dan snack. Serta biaya daycare, jika orang tua menginginkan anak di sekolah hingga sore hari. Praktis, per bulan akan ada dana paling tidak 1 juta rupiah, untuk menyekolahkan anak ke PAUD.
Apakah biaya tersebut besar? Ya, bagi saya nominal tersebut tidak sedikit. Saya tidak membayangkan bahwa biaya PAUD sebegitu mahalnya. Biaya tersebut sama dengan biaya per semester  ketika saya mengambil S1 di tahun 2008.
Biaya Pendidikan Semakin Tinggi
Apakah memang kenaikan biaya pendidikan begitu tinggi? Lantas berapa juta atau belas juta rupiah yang harus kami bayar ketika anak kuliah nanti?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata kenaikan biaya pendidikan mencapai 10 persen per tahun. Begitu pula dengan data lembaga ZAP Finance yang menyatakan biaya pendidikan di Indonesia kisaran peningkatannya bisa mencapai 20 persen per tahun.
Salah satu yang menjadi keprihatinan adalah, biaya pendidikan yang tinggi tidak berbanding lurus dengan kenaikan penghasilan orang tua yang bekerja. Â Survei Kelly Services Indonesia mencatat rata-rata kenaikan gaji pegawai di Indonesia pada 2016 hanya sebesar 7-10 persen.
Melihat kenyataan ini, berbagai kekhawatiran berkecamuk dalam benak saya sebagai orang tua. Apakah saya dan suami mampu menyekolahkan anak hingga pendidikan tinggi? Belum lagi, siapa yang menjamin kami berdua sebagai orang tua akan selalu sehat sentosa dan kuat dalam bekerja mencari uang?
Pengalaman mencari PAUD yang tepat bagi anak, bukan hanya berdasarkan kurikulum pendidikan saja tetapi juga masalah pembiayaan, akhirnya membuka kesadaran kami. Saya dan suami mencoba mencari solusi bagaimana merencanakan pembiayaan pendidikan untuk anak mulai dari sekarang.
1. Mengevaluasi kondisi keuangan keluarga
Baik saya dan suami adalah pekerja. Sehingga setiap bulannya ada dana masuk yang harus dikelola. Untungya, kami tidak memiliki cicilan atau hutang. Sehingga pendapatan lebih banyak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan tabungan.
2. Membuat skala prioritas
Kami mulai membagi pemasukan ke dalam pos-pos pengeluaran. Kami harus membuat presentase yang lebih detail kemana saja dana yang masuk akan dialokasikan.
3.Memilih produk keuangan untuk masa depan
Selama ini kami kami hanya menggunakan produk perbankan berupa tabungan. Seperti yang kita ketahui, menabung tidak mampu memberikan perencanaan yang sistematis terhadap keuangan di masa depan. Kami memerlukan sebuah produk keuangan, yang mampu mengalokasikan dana kami secara tepat, sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan.
Asuransi Pendidikan Syariah, Agar Anak Dapat Sekolah
Berdasarkan hasil pemikiran di atas, pencarian kami bermuara pada asuransi. Kami sengaja untuk mencari asuransi tanpa riba, itu artinya produk asuransi syariah yang kami pilih. Sebelumnya, kami pernah memilih menyimpan dana di deposito. Dengan sistem yang ada, kami merasa bunga yang kami dapatkan adalah riba. Sehingga ada perasaan tidak nyaman dalam memanfaatkan dana tersebut.
Hingga akhirnya, ketika memilih produk asuransi, kami memilih asuransi syariah yang dijalankan dengan syariat Islam. Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para nasabah menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian nasabah. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Sesuai dengan tujuan kami sebelumnya, yakni merencakan tabungan pendidikan anak di masa depan, maka kami memilih asuransi pendidikan syariah. Ketika menentukan pilihan ini, tentu kami memiliki beberapa alasan yang mendasar.
1. Asuransi syariah mengutamakan bagi hasil dan kesepatakan tolong menolong bagi sesama nasabah asuransi syariah.
Berdasarka fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001, di mana prinsipnya  membolehkan asuransi syariah. Hal ini tentu membuat kami menjadi lebih nyaman ketika memilih produk asuransi syariah, karena dijalankan sesuai dengan ketentuan agama.
2. Premi yang terjangkau.Premi yang kami bayarkan adalah Rp 500.00,- Nominal tersebut, kami rasa sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Sehingga tidak berat dalam menjalankannya.
3. Dana tunai tabungan nasabah sudah cukup besar di tahun pertama karena asuransi syariah hanya mengenakan biaya pengelolaan yang kecil.
4. Produk asuransi syariah yang kami pilih, menawarkan proteksi yang lengkap. Selain tabungan pendidikan juga menyediakan perlindungam asuransi jiwa dan kecelakaan
Saya beruntung akhirnya memilih asuransi pendidikan syariah ini. Ada perasaan tenang karena memiliki kesiapan dana tunai untuk biaya pendidikan anak mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Sehingga, setiap bulannya, keuangan keluarga telah teralokasikan dengan baik, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga untuk merencanakan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H