Banjir pesanan atau masa high season bukan berarti Ade mengesampingkan kualitas satu-persatu. Justru, dengan giat bekerja Ade bisa melatih keterampilannya. Saat kewalahan mengerjakan pesanan pelanggan, Ade biasanya dibantu oleh anaknya, Rafa (18) dalam persiapan teknis maupun bantuan langsung saat bekerja.
Menurut pengakuan Novianti (28), pelanggan tetap konveksi Ade, ia merasakan pengalaman memuaskan dalam menggunakan jasa tersebut. "Rasanya seperti punya personal designer yang bisa diajak konsultasi." tandasnya (6/12).
Novi tergolong wanita karir yang tidak punya banyak waktu untuk berbelanja atau menjahit, sehingga konveksi Ade sering ditujunya ketika ia butuh bantuan. Menurutnya, jasa ini punya nilai plus dibanding produksi dari pabrik.
"Kalau beli hasil pabrik, modelnya terlalu pasaran, belum tentu cocok di badan kita. Jadi saya lebih suka minta tolong Bu Ade untuk membuatkan pakaian, dibandingkan beli dari produksi pabrik. Bahan, warna, dan ukuran bisa disesuaikan dan lebih menghemat uang. Apalagi untuk pakaian sehari-hari, nggak perlu mahal tapi kualitasnya bisa disamakan dengan pakaian bermerek. Kan, pakaian bermerek juga aslinya buatan tangan manusia." beber Novianti, Selasa (6/12).
Penulis: Sarah Alifia Suryadi, Mahasiswa Semester 3, Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H