Paling memilukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat berencana menutup sekolah tersebut dan bergabung atau regrouping dengan sekolah lain. Akan tetapi hal tersebut urung dilakukan lantaran para orang tua siswa merasa keberatan jika sekolah tersebut digabung dengan sekolah lain karena alasan jarak yang dianggap jauh.
Satu dari tiga ruang kelas yang rusak masih bisa dipakai untuk meski ada perasaan waswas. Paling tidak, satu ruang kelas itu masih lebih baik daripada dua ruang kelas yang lain. Sedangkan siswa kelas I dan II sempat belajar di serambi masjid di seberang jalan.
Tragedi menyayat terjadi pada pencetak generasi bangsa di Sukajaya Kabupaten Serang, Sudah hampir 1 tahun, 4 ruangan kelas di SDN Sukajaya, Mancak, Kabupaten Serang, Banten, ini ambruk. Pihak sekolah pun terpaksa menumpang ke sekolah lain untuk melakukan proses belajar mengajar. Satu bangunan dengan empat ruang kelas ini tak lagi memiliki atap karena ambruk di bulan Oktober 2015 lalu. Kini ruangan kelas terlihat terbengkalai dipenuhi puing puing reruntuhan atap yang tak juga dibersihkan. Para siswa pun terpaksa menumpang ke salah satu Madrasah yang lokasi berdekatan.
Pemberitaan yang sangat bertolak belakang. Dimana keberpihakan selalu berada di tangan elite politk para pemilik kepentingan. Alarm buruk bagi berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, entah naluri manusia seperti apa lebih memilih mengeruk keuntungan pribadi dari pada kemajuan akhlak anak-anak sekolah. Maka jangan heran usia sekolah sudah berani mencuri, berani berkelahi, memperkosa, bahkan coba-coba narkoba.
Apalah gunanya pakaian sekolah anak-anak dipasangi embel-embel Bnci Korupsi Benci Narkoba toh yang korupsi para elite politik, birokrat, mustahil anak sekolah korupsi tidak ada korelasinya sama sekali, kecuali diajarkan bagai mana cara korupsi baru ngeh!!!. Bisnis tahunan segelintir orang mengeruk keuntungan, mengkpanyekan Anti Korupsi dan Anti Narkoba sebagai kedok.
Sialan! Tidak ada relevansinya anak-anak sekolah terhadap Tindak Pidana Korupsi, mengenakan embel-embel konyol seperti ini. Bahkan jauh panggang dari pada api, bagaikan langit dan bumi. Apakah ada yang berani menjaminkan dirinya, anak-anak sekolah mengenakan embel “AKU BENCI NARKOBA-AKU BENCI KORUPSI” perbuatan tersebut mampu diberantas? Tanpa adanya jaminan dari pemangku kepentingan sama halnya omong kosong, simbol ini hanya simbolisasi tahunan tanpa makna.
Embel-embel macam ini hanya merusak pemandangan pakaian anak sekolah, cukuplah logo sekolah dan nama sekolah. Apakah ini tidak termasuk perbuatan korupsi dengan memberatkan siswa untuk membelinya. Sangat tidak intelek hanya berorientasi profit tanpa merubah makna Reformasi Mental apapun.
"Aku benci korupsi"
Maksudnya opo bila disematkan pada baju anak-anak sekolah? Toh yang korupsi, pejabatnya!
Benar-benar Bahlul Ente
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H