(dokpri/ad)
Korupsi merupakan makanan sehari-hari kita rasakan, akan tetapi tidak pernah mengenyangkan. Korupsi juga merupakan sampah paling mengancam kesehatan masyarakat indonesia dan dunia, solidaritas korupsi tidak pernah luntur semakin gencar orang berjihad memberantas korupsi maka tumbuh subur berkembang biak. ibarat memberangus tikus yang merugikan jerih payah para petani.
Warung kopi, pasar bahkan kalangan asisten rumah tangga hingga penjual sayur muak membahas korupsi. kebosanan mereka sangat beralasan dan masuk akal. Keganasan tindak pidana korupsi terbilang extra ordinary crime selama masih mempunyai “kepentingan” mustahil untuk dibumi hanguskan.
Korupsi telah merasuk segala lini termasuk bidang pendidikan dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum, politik dan berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi saat ini seperti penyakit stroke telah menggerogoti seluruh tubuh manusia, sehingga, korupsi menjadi ancaman eksistensi dari negara Indonesia.
Otoriterisasi pemilik kekuasaan aktor utama penghabat terbesar sistem kolutif di negeri ini. Bayangkan saja pakaian anak2 sekolah telah dinodai embel-embel berbau pesan benci korupsi, benci narkoba faktanya hanyalah pepesan kosong bahkan tidak ada korelasinya dgn anak sekolah. Saya pribadi lebih setuju pesan tersebut tersemat di pakaian dinas ASN sebagai bukti nyata Reformasi Birokrasi tidak mati suri.
Sebuah ironi bertentangan terbesar mengkampanyekan BENCI KORUPSI, BENCI NARKOBA di negeri penyamun. Anak-anak sekolah hanya kelinci percobaan kutukan para pemegang kekuasaan dinasti dalam menjalankan pemerintahan otoriter, terstruktur, masif dan sistematis menguntungkan kaum tertentu yang mau diajak berkonspirasi melakukan sabotase menganulir kebijakan secara kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Seperti kontradiksi pemberitaan korupsi menimpa elite politik negeri ini dan penderitaan rakyat sebagai korban korupsi merasakan manisnya “getah” nangka. Kasus ini bermula dari tertangkapnya anggota DPR Damayanti Wisnu Putranti oleh KPK, Januari 2016. Anggota Fraksi PDIP ini tertangkap tangan menerima suap dari pengusaha Abdul Khoir. Andi sebelumnya diduga menerima suap sebesar Rp 7 miliar dari Direktur PT Windhu Tunggal Utama, Abdul Khoir. Pemberian itu berkaitan dengan anggaran pembangunan atau rekonstruksi jalan di Maluku dan Maluku Utara. Proyek tersebut berasal dari program aspirasi Andi Taufan Tiro, selaku Ketua Kelompok Fraksi PAN Komisi V DPR. Penahanan politikus asal Partai Amanat Nasional Andi Taufan Tiro, Selasa, 6 September 2016. Anggota Komisi V DPR RI ini ditahan karena terlibat kasus dugaan suap di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Andi ditetapkan KPK sebagai tersangka.
Sementara berita duka dunia pendidikan datangnya dari Sragen Jawa Tengah. Dimana didapati sekolah SDN 4 Dawung, Sambirejo, Sragen, terancam roboh. beberapa ruang kelas sudah dikosongkan selama dua tahun terakhir guna menghindari jatuhnya korban. SDN 4 Dawung merupakan salah satu sekolah inpres yang dibangun pada 1976.
Seperti dilansir pemberitaan Solopos.com, pada Rabu (5/10/2016), tiga ruang kelas itu rusak parah pada bagian plafon dan kuda-kuda penyangga atap. Sebagian plafon sudah jebol karena kayu kuda-kudanya patah. Tidak hanya pada bagian atap, kerusakan parah juga terlihat pada lantai.
Permukaan lantai yang masih berupa ubin tegel sudah tidak rata alias bergelombang. Sudah banyak ubin yang pecah di sana-sini. Kerusakan juga terlihat pada belandar, usuk, dan reng pada teras tiga ruang kelas itu. Belandar harus disokong dengan beberapa tiang bambu lantaran sudah keropos.
Siswa Kelas I dan II sempat berlajar di serambi masjid di seberang jalan. Pembelajaran di serambi masjid itu ternyata tidak efektif. Tugiyem, (52) menjelaskan, ”Jalan depan sekolah itu cukup ramai kendaraan bermotor. Karena pembelajaran di serambi masjid kurang efektif, kami akhirnya menggunakan ruang perpustakaan yang disekat menjadi tiga bagian. Ruang Kelas I dan II dipisahkan beberapa rak buku perpustakaan,”ungkapnya.
Paling memilukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat berencana menutup sekolah tersebut dan bergabung atau regrouping dengan sekolah lain. Akan tetapi hal tersebut urung dilakukan lantaran para orang tua siswa merasa keberatan jika sekolah tersebut digabung dengan sekolah lain karena alasan jarak yang dianggap jauh.
Satu dari tiga ruang kelas yang rusak masih bisa dipakai untuk meski ada perasaan waswas. Paling tidak, satu ruang kelas itu masih lebih baik daripada dua ruang kelas yang lain. Sedangkan siswa kelas I dan II sempat belajar di serambi masjid di seberang jalan.
Tragedi menyayat terjadi pada pencetak generasi bangsa di Sukajaya Kabupaten Serang, Sudah hampir 1 tahun, 4 ruangan kelas di SDN Sukajaya, Mancak, Kabupaten Serang, Banten, ini ambruk. Pihak sekolah pun terpaksa menumpang ke sekolah lain untuk melakukan proses belajar mengajar. Satu bangunan dengan empat ruang kelas ini tak lagi memiliki atap karena ambruk di bulan Oktober 2015 lalu. Kini ruangan kelas terlihat terbengkalai dipenuhi puing puing reruntuhan atap yang tak juga dibersihkan. Para siswa pun terpaksa menumpang ke salah satu Madrasah yang lokasi berdekatan.
Pemberitaan yang sangat bertolak belakang. Dimana keberpihakan selalu berada di tangan elite politk para pemilik kepentingan. Alarm buruk bagi berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia, entah naluri manusia seperti apa lebih memilih mengeruk keuntungan pribadi dari pada kemajuan akhlak anak-anak sekolah. Maka jangan heran usia sekolah sudah berani mencuri, berani berkelahi, memperkosa, bahkan coba-coba narkoba.
Apalah gunanya pakaian sekolah anak-anak dipasangi embel-embel Bnci Korupsi Benci Narkoba toh yang korupsi para elite politik, birokrat, mustahil anak sekolah korupsi tidak ada korelasinya sama sekali, kecuali diajarkan bagai mana cara korupsi baru ngeh!!!. Bisnis tahunan segelintir orang mengeruk keuntungan, mengkpanyekan Anti Korupsi dan Anti Narkoba sebagai kedok.
Sialan! Tidak ada relevansinya anak-anak sekolah terhadap Tindak Pidana Korupsi, mengenakan embel-embel konyol seperti ini. Bahkan jauh panggang dari pada api, bagaikan langit dan bumi. Apakah ada yang berani menjaminkan dirinya, anak-anak sekolah mengenakan embel “AKU BENCI NARKOBA-AKU BENCI KORUPSI” perbuatan tersebut mampu diberantas? Tanpa adanya jaminan dari pemangku kepentingan sama halnya omong kosong, simbol ini hanya simbolisasi tahunan tanpa makna.
Embel-embel macam ini hanya merusak pemandangan pakaian anak sekolah, cukuplah logo sekolah dan nama sekolah. Apakah ini tidak termasuk perbuatan korupsi dengan memberatkan siswa untuk membelinya. Sangat tidak intelek hanya berorientasi profit tanpa merubah makna Reformasi Mental apapun.
"Aku benci korupsi"
Maksudnya opo bila disematkan pada baju anak-anak sekolah? Toh yang korupsi, pejabatnya!
Benar-benar Bahlul Ente
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI