"Kamu engga papa?"
Bunga mengelengkan kepalanya namun rona merah tersipu itu tak dapat ia tutup karena nampak begitu jelas diwajahnya yang putih bersih itu.
Cie...
Lia meledek Bunga lalu Bunga langsung mengambil soft drink yang ada dihadapannya lalu menyedot habis minuman itu tanpa sisa.
***
Sesampainya di rumah, Widya langsung menyambut puteri semata wayangnya itu dengan pelukan hangat namun Bunga menepisnya. Ia segera berlari menuju ke kamarnya.
"Angelica kenapa ya?" tanya Widya khawatir. Lia menggelengkan kepalanya, ia juga tak tahu menahu apa yang tengah dirasakan oleh gadis muda itu.
Widya segera naik ke lantai dua rumah itu untuk mengecek kondisi Angelica setelah Lia pamit pulang. Tangan Widya sudah bersipa untuk mengetuk pintu kamar namun rupanya pintu itu tak ditutup. Widya segera masuk ke dalam kamar, ia menatap Angelica yang tengah memeluk boneka beruangnya itu.
"Capek ya?" tanya Widya seraya berjalan mendekati ranjang Angelica. Tak ada suara yang keluar untuk menyahut, Angelica memilh bungkam, ia tak mau beradu argumen seperti yang kerapkali ia lakukan saat tak setuju dengan pendapat Widya.
"Tadi gimana sekolahnya? Baguskan ya?" tanya Widya sekali lagi. Angelica mengangguk.
Widya mengelus rambut hitam panjang itu dengan lembut, "Mama tahu kamu pasti kagetkan waktu denger berita itu tapi Mama merasa kamu harus tahu sekarang."