Bunga mengangkat kepalanya, ia menatap mereka lalu berkedip beberapa kali dan...
Bruk...
Salah satu dari mereka melemparkan tasnya ke meja makan hingga menghasilkan bunya yang begitu keras. Bunga akhirnya tersadar kalau mereka adalah anak SMA Angkasa yang tadi mengejek dirinya karena tak sengaja menabrak teman mereka itu.
"Minggir loe, kita mau makan disini," ucap salah seorang siswa bertubuh tambun itu.
Lalu seorang anak laki-laki datang, ia masih mengenakan baju basketnya lalu menepuk pundak seorang anak perempuan, "Kita cari tempat lain aja, dia kan udah duluan duduk disitu."
"Ya ampun, Liam. Loe bener-bener ngegemesin banget sih, bae banget loe jadi orang."
"Biarin aja Liam, dia aja yang cari tempat lain."
Liam mendekati Bunga, "Loe engga usah pindah, biar kami aja yang cabut dari sini ya."
Dada Bunga berdebar kencang, tatapan mata serta tutur kata itu begitu menghanyutkan sehingga Bunga tak merespon sama sekali, mematung tak bergerak bahkan setelah Liam dan teman-temannya pergi.
Lia melirik anak SMA yang baru saja meninggalkan Bunga itu, ia khawatir kalau penyamaran Bunga terungkap. Lia bergegas menemui Bunga, dengan baki berisi makanan dan minuman itu. Ia berlari dan mengecek kondisi...
Bunga mematung sedangkan Lia sudah panik setengah mati.