Angelica Bunga Wijaya kembali harus pindah sekolah lagi, kali ini sudah sekolah kelima. Untuk seorang Angelica ini bukanlah hal pertama yang terjadi karena ia kerapkali berpindah kelas sejak sekolah dasar, pertama karena pekerjaan orang tuanya dan kedua karena ia tak nyaman berada di sekolah itu.
Angelica berprofesi sebagai artis sejak kecil, wajah cantik nan rupawan amat melekat pada dirinya sehingga mudah bagi Angelica memiliki teman bahkan pacar kalau ia mau namun bukan itu yang ia inginkan. Ia hanya ingin teman sejati.
Semua orang berlomba menjadi temannya karena tahu ia adalah artis terkenal dan kaya. Mereka berteman dengan Angelica karena gelar artisnya itu.
“Kayaknya gue berhenti aja deh ya jadi artis,” ucap Angelica lemas, “semua ‘fake’ tahu engga.”
Lia, manager Angelica hanya bisa diam, mulutnya seakan terkunci, Lia tak berani menanggapi hal itu karena memang hal itu selalu menimpa seorang Angelica. Namun Lia juga tak mau kehilangan mata pencahariannya begitu saja. Otak Lia berpikir keras – amat keras – mencari jalan keluar akan masalah ini.
“Gimana kalau nanti kamu daftar sekolah jangan pakai identitas kamu yang sekarang,” ucap Lia dengan penuh semangat. Angelica menyipitkan matanya, ia tak mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh Lia saat ini, kepalanya tak sanggup mencerna apa yang dikatakan oleh Lia saat ini.
Lia lalu berjalan mendekati Angelica lalu berbisik ditelinga talentnya itu. Mata Angelica membulat sempurnia, ia mengangkat kedua ibu jari seraya menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Tapi nanti Mami yang daftarin gue sekolah loh.” Lia menepuk keningnya cepat.
Lia bergegas keluar dari kamar Angelica, ia menuruni anak tangga itu perlahan lalu mulai mencari Widya namun bukan untuk memberi tahu rencana antara Angelica dengannya. Lia menatap Widya yang tengah berjibaku menyiapkan dokumen untuk keperluan Angelica pindah sekolah.
Tangan Lia bergegas mengetuk pintu beberapa kali secara perlahan, Widya segera memalingkan wajahnya dan menatap Lia. “Boleh saya masuk.” Widya menganggukkan kepalanya. Lia segera masuk ke dalam ruang kerja Widya itu, ia segera berpura-pura merapikan dokumen yang tercecer di atas meja seakan membantu Widya.
“Ada apa, Lia? tanya Widya tanpa basa basi.